Mutiara

Rabu, 27 April 2016

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT WASPADA UJUB, RIYA’ DAN SOMBONG DALAM IBADAH

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT WASPADA UJUB, RIYA’ DAN SOMBONG DALAM IBADAH
Oleh: Dwiari Puji Lestari

A.    PENDAHULUAN
Bahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam komunikasi di kehidupan manusia. Dengan bahasa, seseorang bisa memberikan gagasan, menyampaikan keinginan, permintaan, menyampaikan pesan, mempengaruhi orang lain, meyakinkan orang lain, dan sebagainya. Dalam hal ini bahasa menjadi sebuah sarana yang paling utama dan paling digunakan oleh manusia dalam memenuhi tujuan-tujuan komunikasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa mempunyai fungsi paling utama dalam komunikasi di kehidupan manusia.
Di era modern ini sudah banyak berkembang media-media yang canggih yang bisa mendukung suatu tujuan komuniasi. Namun meskipun terdapat media yang canggih seperti televisi, media massa, radio, internet, dan media sosial di gadget, keberadaan bahasa masih tetap dibutuhkan. Bahasa terus digunakan dalam media-media komunikasi itu baik dalam iklan, film, dan bacaan dengan berbagai macam kepentingan baik untuk kepetingan hiburan, komersial, dakwah, politik, dan lain sebagainya. Sehingga, media-media dengan berbagai penayangannya menjadi wadah untuk bahasa melakukan perannya.
            Dalam media elektronik, media cetak, maupun internet seringkali ditemui penayangan-penayangan yang memberikan informasi kepada masyarakat dengan melalui tayangan iklan. Iklan yang berisi informasi berupa himbauan, maupun ajakan kepada masyarakat dikenal dengan iklan layanan. Iklan layanan masyarakat bersifat memberitahukan suatu informasi yang bermanfaat bagi masyarakat atau mengajak masyarakat untuk melaksanakan apa yang diberitahukan dalam iklan layanan masyarakat tersebut. Tujuan pembuatan iklan layanan masyarakat adalah untuk kepentingan sosial dan bukan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan berupa material. Seperti pada iklan layanan masyarakat edisi Ramadhan yang beredar di Line Dakwah Islam, mempunyai pesan khusus yang disampaikan kepada masyarakat.
            Iklan layanan masyarakat edisi Ramadhan ini beredar di Line dari sebuah akun Dakwah Islam. Iklan itu berupa tayangan berdurasi satu menit yang menayangkan dialog antara seorang muslimin dengan setan. Iklan itu ditujukan kepada umat muslim yang sedang memperbanyak  ibadah di bulan Ramadhan. Dalam iklan itu terdapat aneka macam tindak tutur sebagai pengungkap implikatur. Tindak tutur – tindak tutur yang digunakan oleh penutur dan lawan tutur dipengaruhi oleh faktor-faktor yang salah satunya dalah tujuan tuturan. Sehingga iklan layanan masyarakat edisi Ramadhan ini menarik untuk diteliti.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai; 1)jenis-jenis tindak tutur yang digunakan dalam iklan layanan masyarakat edisi khusus Ramadhan yang diposting oleh akun Line Dakwah Islam; 2) Fungsi tindak tutur yang  terdapat dalam iklan layanan masyarakat edisi khusus Ramadhan yang diposting oleh akun Line Dakwah Islam. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik simak dan teknik catat. Selanjutnya dalam analisis datanya penulis menggunakan metode identifikasi.

B.     KAJIAN TEORI
a.         Tindak Tutur
Menurut Searle dalam Wijana (2009:21-24) ada tiga jenis tuturan, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Hal ini senada dengan Austin yang juga membagi jenis tindak tutur menjadi lokusi, ilokusi dan perlokusi.
a)      Lokusi adalah tindak tutur dengan kata, frasa dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa dan kalimat itu. Contoh tindak tutur ini adalah Indonesia memiliki beragam budaya. Penutur tuturan itu tidak merujuk kepada maksud tertendtu kepada mitra tutur.
b)      Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang tidak hanya mengatakan atau menginformasikan sesuatu, tetapi juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ilokusi disebut sebagai the act of doing something. Tindak ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur itu terjadi dan sebagainya.tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur (Wijana, 1996: 18-19). Menurut Lubis (1994: 9-10) bahwa tindak tutur ilokusi merupakan daya yang ditimbulkan oleh pemakainya sebagai perintah, ejekan, keluhan, pujian, dll. Atau dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi adalah maksud kalimat. Contoh ilokusi misalnya kukumu sudah panjang (menyuruh memotong kuku). Tindak tutur ilokusi menurut Searle (via Parker&Riley 2014:32) masih dibagi lagi menjadi lima yaitu:
i)                    Representatif
Tindak tutur representatif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya. Tindak tutur ini juga disebut tindak tutur asertif. Yang termasuk tindak tutur ini adalah tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, menunjukan, melaporkan, memberikan kesaksian, menyebutkan dan berspekulasi. Misalnya Adik selalu unggul di kelasnya.  Tuturan itu termasuk tuturan representative karena berisi informasi yang penutur terikat oleh kebenaran isi tuturan itu.
ii)                  Direktif
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan melakukan tindakan sesuai dengan apa yang disebutkan dalam tuturannya. Yang termasuk kedalam tindak tutur ini adalah tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, memohon, menantang, member aba-aba. Contohnya Bantu aku mengerjakan tugas ini!
iii)                Ekspresif
Tindak tutur ekspresif ini digunakan untuk mengekspresiakn emosi penutur. Yang termasuk tindak tutur ekspresif yaitu tuturan mengucapkan terimakasih, mengeluh, mngucapkan selamat, menyanjung, memuji, mengalahkan, dan mengkritik.
iv)                Komisif
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melakukan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya misalnya bersumpah , berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan.
v)                  Deklarasi
Tindak tutur deklarasi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan suatu keadaan yang baru. Yang termasuk dalam tindak tutur ini adalah tuturan dengan maksud mengesankan, memutuskan, membatalkan,melarang, mengabulkan, mengizinkan,menggolongkan.
c)      Tindak tutur perlokusi adalah tuturan yang diucapkan penutur sering memiliki efek atau daya pengaruh. Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah yang disebut oleh Austin (1962:101) sebagai perlokusi. Tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur inilah merupakan tindakan perlokusi.
C.    DESKRIPSI DATA
Data yang digunakan dalam makalah ini diambil dari tayangan video iklan masyarakat yang diunggah oleh akun Line Dakwah Islam yang berjudul Waspada Ujub, Riya’ dan Sombong dalam Ibadah. Data berupa percakapan yang terjadi antara seorang muslimin dengan setan . Berikut adalah transkrip percakap yang ada dalam video tersebut:
           
Muslimin   : Assalamualaikum.. Assalamualaikum
                  Huuh Setan! Ganggu ae.
Setan         :Tahajudnya sudah. Sekarang tinggal selfinya.
Muslimin   : Haaah
Setan         : Hari gini gak selfie gak eksis bos!
Muslimin   : Eh kang. Ini teh Riya’
Setan         :Kalau gitu update status saja.
Muslimin   : Sarua wae..Pamer!
Setan         : No..no..no. Pakai bahasa yang religious dong. Alhamdulilah bisa melaksanakan                    sholat Tahajud dua per tiga malam. Terimakasih ya Allah. Pake hashtag berkah                             ramadhan.
Muslimin   :Ssst pergi!
Setan         :Enggak
Muslimin   :Pergi!
Setan         : (geleng kepala)
       Muslimin  :Yaudah aku yang pergi
Setan         :Hahaha yasudah karepmu
Lalu di akhir video terdapat catatan Demi eksis pahala habis.
D.    PEMBAHASAN
a.       Berikut adalah tabel jenis tuturan yang ada dalam video:
No
Tuturan
Tindak Tutur
Lokusi
Ilokusi
Perlokusi
1
Huuh.. Setan! Ganggu wae.
v
v
-
2
Tahajudnya sudah. Sekarang tinggal selfienya.
v
v

3
Hari gini gak selfie gak eksis bos!
v
v

4
Eh kang, ini teh riya’
v
v

5
Kalau gitu update status saja.
v
v
v
6
Sarua wae. Pamer! (sama aj. Pamer!)
v
v

7
No..no..no. Pakai bahasa yang religious dong.
v
v
v
8
Alhamdulilah bisa melaksanakan sholat Tahajud dua per tiga malam. Terimakasih ya Allah.
v
v

9
Pake hashtag berkah ramadhan.


v
v
10
Ssst pergi!
v
v

11
Enggak
v
v

12
Yaudah aku yang pergi

v
v

13
Hahaha yasudah karepmu.
v
v

14
Demi eksis pahala habis
v
v


a)      Huuh.. Setan! Ganggu wae.
Bentuk tindak tutur itu termasuk dalam tindak tutur lokusi, ilokusi, dan tindak tutur direktif, indirect, non explicit. . Pada pernyataan Huuh.. Setan! Ganggu wae itu termasuk lokusi karena penutur, muslimin, meyatakan kepada mitra tutur yaitu setan. Selain itu pernyataan itu juga termasuk ilokusi direktif , tidak langsung, non explicit karena mengandung maksud yang ditujukan kepada mitra tutur secara tidak literal untuk tidak mengganggu.
b)      Tahajudnya sudah. Sekarang tinggal selfienya.
Bentuk tindak tutur dari ujaran ini merupakan lokusi, ilokusi, direktif, tidak langsung. Dikatakan lokusi karena penutur, setan, memberikan pernyataan yang berupa suatu kebenaran bahwa memang sholat tahajud telah usai. Dalam pernyataan sekarang tinggal selfinya  merupakan bentuk ilokusi direktif, tidak langsung. Ujaran itu mempunyai maksud untuk menyarankan agar mitra tutur, muslimin, melakukan selfie setelah sholat.
c)      Hari gini gak selfie gak eksis bos!
Bentuk tindak tutur dari ujaran itu adalah lokusi, ilokusi, direktif, tidak langsung. Dikatakan lokusi karena penutur, setan, memberikan informasi bahwa kalau tidak selfie jaman sekarang ini dikatakan tidak eksis, ketinggalan jaman. Ilokusinya berupa direktif karena penutur sebenarnya mempunyai tujuan untuk mengajak lawan tutur untuk tetap eksis dengan cara selfie.
d)     Eh kang, ini teh riya’
Bentuk tindak tutur dari ujaran itu adalah lokusi, ilokusi, representatif. Ujaran  Eh kang, ini teh riya’ merupakan lokusi karena penutur, muslimin, memberikan informasi kebenaran bahwa selfie setelah ibadah termasuk riya’ . Ujaran tersebut juga termasuk ilokusi representatif karena penutur, muslimin, bermaksud menolak untuk selfie.

e)      Kalau gitu update status saja
Bentuk tindak tutur dari ujaran itu adalah ilokusi dan perlokusi. Ilokusi karena ujaran itu merupakan pernyataan yang bertujuan untuk member saran kepada mitra tutur. Konteks percakapannya adalah sebagai berikut:
Setan               : Hari gini gak selfie gak eksis bos!
Muslimin         : Eh kang. Ini teh Riya’
Setan               :Kalau gitu update status saja.
Ujaran Kalau gitu update status saja juga merupakan perlokusi karena setan memahami bahwa perbuatan selfie itu riya’ sehingga ia menyarankan kepada mitra tutur, muslimin, untuk update status di media sosial setelah melakukan ibadah sholat tahajud.
f)       Sarua wae. Pamer! (sama aja. Pamer!)
Bentuk tindak tutur dalam ujaran itu adalah lokusi, ilokusi representatif. Penutur, muslimin, mengatakan Sarua wae. Pamer! Sebagai suatu pernyataan yang menginformasikan kepada mitra tutur, setan, bahwa kegiatan update status setelah ibadah juga sama seperti pamer. Ujaran itu juga merupakan ilokusi karena penutur, muslimin, mengatakan itu dengan maksud menolak untuk update status di media sosial.
g)      No..no..no. Pakai bahasa yang religius dong.
Bentuk tindak tutur pada ujaran itu adalah ilokusi direktif, dan perlokusi. Merupakan ilokusi karena penutur, setan, mengatakan ujaran itu mempunyai maksud untuk memberikan saran kepada mitra tutur,muslimin, untuk menggunakan bahasa yang religius. Berikut adalah konteks pembicaraannya:
Setan         : Hari gini gak selfie gak eksis bos!
Muslimin   : Eh kang. Ini teh Riya’
Setan         :Kalau gitu update status saja.
Muslimin   : Sarua wae..Pamer!
Setan         : No..no..no. Pakai bahasa yang religious dong. Alhamdulilah bisa melaksanakan                    sholat Tahajud dua per tiga malam. Terimakasih ya Allah. Pake hashtag berkah                             ramadhan.
Ujaran No..no..no. Pakai bahasa yang religious dong juga merupakan perlokusi karena disitu penutur, setan,  paham bahwa mitra tutur,muslimin,  menolak sehingga penutur mengatakan ujaran itu untuk member saran.

h)      Alhamdulilah bisa melaksanakan sholat Tahajud dua per tiga malam. Terimakasih ya Allah.
Bentuk tindak tutur dalam ujaran itu adalah ilokusi ekspresif, perlokusi. Ujaran itu termasuk ilokusi karena penutur, setan, memberikan pernyataan yang menunjukan rasa terimakasih. Ujaran itu juga termasuk perlokusi karena bermaksud memberikan saran untuk menuliskan itu dalam status di media sosial. Konteks percakapan bisa dilihat pada poin f.
i)        Pake hashtag berkah ramadhan.
Bentuk tindak tutur dalam ujaran itu adalah ilokusi direktif. Dikatakan sebagai ilokusi karena ujaran itu dikatakan penutur, setan, kepada mitra tuturnya yaitu seorang muslimin dengan maksud untuk memberikan saran agar mitra tutur memakai hashtag berbunyi berkah ramadhan pada tulisan update statusnya.
j)         Ssst pergi!
Bentuk tindak tutur dalam ujaran itu adalah ilokusi direktif. Penutur , muslimin, mengatakan Ssst pergi! kepada mitra tuturnya, setan, dengan maksud untuk menyuruhnya menjauh dari dirinya. Sehingga tindak tutur itu tergolong dalam tindak tutur direktif.
k)       Enggak
Bentuk tindak tutur itu merupakan ilokusi representatif. Ujaran enggak dikatakan oleh penutur, setan, kepada mitra tuturnya, muslimin, dengan maksud menolak untuk pergi.




l)        Yaudah aku yang pergi
Bentuk tindak tutur dari ujaran itu adalah lokusi, ilokusi komisif dan perlokusi. Kata yang diujarkan oleh penutur, muslimin, Yaudah aku yang pergi merupakan lokusi karena itu berisi informasi bahwa penuturlah yang pergi. Seain itu ujaran itu juga merupakan ilokusi komisif karena penutur harus melakukan sesuatu seperti apa yang dituturkannya yaitu pergi meninggalkan tempat itu.
m)    Hahaha yasudah karepmu.
Bentuk tindak tutur dalam ujaran itu adalah ilokusi ekpresif. Ujaran Hahaha yasudah karepmu. Dikatakan oleh penutur, setan, dengan maksud untuk menyetujui.

n)      Demi eksis pahala habis.
Bentuk tindak tutur ujaran itu adalah ilokatif yaitu diungkapkan dengan maksud agar tidak selfie ataupun update status dalam beribadah.

b.      Fungsi Tindak Tutur
Dalam percakapan yang termuat dalam video iklan layanan masyarakat itu menggunakan tindak tutur-tindak tutur yang mempunyai fungsi:
a)      Fungsi informatif
Tindak tutur yang ada dalam tayangan itu mempunyai fungsi informatif yaitu memberikan informasi kepada pendengar. Misalnya dalam ujaran:
Eh kang, ini teh riya’
Hari gini gak selfie gak eksis bos!
b)      Fungsi persuasive
Tindak tutur yang ada dalam tayangan ini mempunyai fungsi persuasif yaitu untuk membujuk, meyakinkan atau mempengaruhi seseorang. Misalnya dalam ujaran:
Tahajudnya sudah. Sekarang tinggal selfienya.
Kalau gitu update status saja.
Pakai bahasa yang religious dong.

E.     KESIMPULAN
Dalam tayang iklan layanan masyarakat berjudul Waspada Ujub, Riya’ dan Sombong dalam Ibadah ini mempunyai bentuk bentuk tindak tutur yang bermacam-macam yaitu lokatif, ilokatif, dan perlokatif. Bentuk ilokatifnya terdiri dari empat kategori yaitu representative, direktif, komisif, serta ekspresif. Selain bentuk-bentuk itu dapat juga diketahui bahwa tindak tutur dalam iklan layanan masyarakat itu mempunyai fungsi informatif dan persuasive.




DAFTAR PUSTAKA
Austin, J.L. 1995. How To Do Things With Words. New York: Oxford University Press.
Parker, Frank dan Kathryn Riley. 2014. Linguistics for Non-Linguistics. Singapore: Pearson           Education Ltd.
Wijana, I Dewa Putu. 2009. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: Yumman Pressindo.
________________.1996. DAsar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar