ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT WASPADA
UJUB, RIYA’ DAN SOMBONG DALAM IBADAH
Oleh: Dwiari Puji Lestari
A.
PENDAHULUAN
Bahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam komunikasi di
kehidupan manusia. Dengan bahasa, seseorang bisa memberikan gagasan,
menyampaikan keinginan, permintaan, menyampaikan pesan, mempengaruhi orang
lain, meyakinkan orang lain, dan sebagainya. Dalam hal ini bahasa menjadi
sebuah sarana yang paling utama dan paling digunakan oleh manusia dalam
memenuhi tujuan-tujuan komunikasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa
mempunyai fungsi paling utama dalam komunikasi di kehidupan manusia.
Di era modern ini sudah banyak berkembang media-media yang canggih
yang bisa mendukung suatu tujuan komuniasi. Namun meskipun terdapat media yang
canggih seperti televisi, media massa, radio, internet, dan media sosial di
gadget, keberadaan bahasa masih tetap dibutuhkan. Bahasa terus digunakan dalam
media-media komunikasi itu baik dalam iklan, film, dan bacaan dengan berbagai
macam kepentingan baik untuk kepetingan hiburan, komersial, dakwah, politik,
dan lain sebagainya. Sehingga, media-media dengan berbagai penayangannya
menjadi wadah untuk bahasa melakukan perannya.
Dalam media elektronik,
media cetak, maupun internet seringkali ditemui penayangan-penayangan yang
memberikan informasi kepada masyarakat dengan melalui tayangan iklan. Iklan
yang berisi informasi berupa himbauan, maupun ajakan kepada masyarakat dikenal
dengan iklan layanan. Iklan layanan masyarakat bersifat memberitahukan suatu
informasi yang bermanfaat bagi masyarakat atau mengajak masyarakat untuk
melaksanakan apa yang diberitahukan dalam iklan layanan masyarakat tersebut.
Tujuan pembuatan iklan layanan masyarakat adalah untuk kepentingan sosial dan
bukan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan berupa material. Seperti pada
iklan layanan masyarakat edisi Ramadhan yang beredar di Line Dakwah Islam,
mempunyai pesan khusus yang disampaikan kepada masyarakat.
Iklan layanan
masyarakat edisi Ramadhan ini beredar di Line dari sebuah akun Dakwah Islam.
Iklan itu berupa tayangan berdurasi satu menit yang menayangkan dialog
antara seorang muslimin dengan setan. Iklan itu ditujukan kepada umat muslim
yang sedang memperbanyak ibadah di bulan
Ramadhan. Dalam iklan itu terdapat aneka macam tindak tutur sebagai pengungkap
implikatur. Tindak tutur – tindak tutur yang digunakan oleh penutur dan lawan
tutur dipengaruhi oleh faktor-faktor yang salah satunya dalah tujuan tuturan.
Sehingga iklan layanan masyarakat edisi Ramadhan ini menarik untuk diteliti.
Dalam makalah ini penulis membahas
mengenai; 1)jenis-jenis tindak tutur yang digunakan dalam iklan layanan
masyarakat edisi khusus Ramadhan yang diposting oleh akun Line Dakwah Islam;
2) Fungsi tindak tutur yang terdapat
dalam iklan layanan masyarakat edisi khusus Ramadhan yang diposting oleh akun
Line Dakwah Islam. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik
simak dan teknik catat. Selanjutnya dalam analisis datanya penulis menggunakan
metode identifikasi.
B.
KAJIAN TEORI
a.
Tindak Tutur
Menurut Searle dalam Wijana (2009:21-24) ada tiga jenis tuturan,
yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.
Hal ini senada dengan Austin yang juga membagi jenis tindak tutur menjadi
lokusi, ilokusi dan perlokusi.
a)
Lokusi
adalah tindak tutur dengan kata, frasa dan kalimat sesuai dengan makna yang
dikandung oleh kata, frasa dan kalimat itu. Contoh tindak tutur ini adalah Indonesia
memiliki beragam budaya. Penutur tuturan itu tidak merujuk kepada maksud
tertendtu kepada mitra tutur.
b)
Tindak
tutur ilokusi adalah tindak tutur yang tidak hanya mengatakan atau
menginformasikan sesuatu, tetapi juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu.
Tindak tutur ilokusi disebut sebagai the act of doing something. Tindak
ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus
mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur itu terjadi dan
sebagainya.tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur
(Wijana, 1996: 18-19). Menurut Lubis (1994: 9-10) bahwa tindak tutur ilokusi
merupakan daya yang ditimbulkan oleh pemakainya sebagai perintah, ejekan,
keluhan, pujian, dll. Atau dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi adalah maksud
kalimat. Contoh ilokusi misalnya kukumu sudah panjang (menyuruh memotong
kuku). Tindak tutur ilokusi menurut Searle (via Parker&Riley 2014:32) masih
dibagi lagi menjadi lima yaitu:
i)
Representatif
Tindak tutur representatif merupakan tindak tutur yang mengikat
penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya. Tindak tutur ini juga
disebut tindak tutur asertif. Yang termasuk tindak tutur ini adalah tuturan
menyatakan, menuntut, mengakui, menunjukan, melaporkan, memberikan kesaksian,
menyebutkan dan berspekulasi. Misalnya Adik selalu unggul di kelasnya. Tuturan itu termasuk tuturan
representative karena berisi informasi yang penutur terikat oleh kebenaran isi
tuturan itu.
ii)
Direktif
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan
penuturnya agar mitra tutur melakukan melakukan tindakan sesuai dengan apa yang
disebutkan dalam tuturannya. Yang termasuk kedalam tindak tutur ini adalah
tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih,
memerintah, memohon, menantang, member aba-aba. Contohnya Bantu aku
mengerjakan tugas ini!
iii)
Ekspresif
Tindak tutur ekspresif ini digunakan untuk mengekspresiakn emosi
penutur. Yang termasuk tindak tutur ekspresif yaitu tuturan mengucapkan
terimakasih, mengeluh, mngucapkan selamat, menyanjung, memuji, mengalahkan, dan
mengkritik.
iv)
Komisif
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya
untuk melakukan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya misalnya bersumpah ,
berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan.
v)
Deklarasi
Tindak tutur deklarasi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan
penuturnya untuk menciptakan suatu keadaan yang baru. Yang termasuk dalam
tindak tutur ini adalah tuturan dengan maksud mengesankan, memutuskan,
membatalkan,melarang, mengabulkan, mengizinkan,menggolongkan.
c)
Tindak
tutur perlokusi adalah tuturan yang diucapkan penutur sering memiliki efek atau
daya pengaruh. Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah yang
disebut oleh Austin (1962:101) sebagai perlokusi. Tindak tutur yang
pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur inilah merupakan tindakan
perlokusi.
C.
DESKRIPSI DATA
Data yang digunakan dalam makalah ini diambil dari tayangan video
iklan masyarakat yang diunggah oleh akun Line Dakwah Islam yang berjudul
Waspada Ujub, Riya’ dan Sombong dalam Ibadah. Data berupa percakapan
yang terjadi antara seorang muslimin dengan setan . Berikut adalah transkrip
percakap yang ada dalam video tersebut:
Muslimin : Assalamualaikum..
Assalamualaikum
Huuh
Setan! Ganggu ae.
Setan :Tahajudnya sudah.
Sekarang tinggal selfinya.
Muslimin : Haaah
Setan : Hari
gini gak selfie gak eksis bos!
Muslimin : Eh kang. Ini teh
Riya’
Setan :Kalau gitu
update status saja.
Muslimin : Sarua wae..Pamer!
Setan : No..no..no.
Pakai bahasa yang religious dong. Alhamdulilah bisa melaksanakan sholat
Tahajud dua per tiga malam. Terimakasih ya Allah. Pake hashtag berkah ramadhan.
Muslimin :Ssst pergi!
Setan :Enggak
Muslimin :Pergi!
Setan : (geleng
kepala)
Muslimin :Yaudah aku yang pergi
Setan :Hahaha
yasudah karepmu
Lalu di akhir video terdapat catatan Demi eksis pahala habis.
D.
PEMBAHASAN
a.
Berikut
adalah tabel jenis tuturan yang ada dalam video:
No
|
Tuturan
|
Tindak Tutur
|
||
Lokusi
|
Ilokusi
|
Perlokusi
|
||
1
|
Huuh.. Setan!
Ganggu wae.
|
v
|
v
|
-
|
2
|
Tahajudnya
sudah. Sekarang tinggal selfienya.
|
v
|
v
|
|
3
|
Hari gini gak
selfie gak eksis bos!
|
v
|
v
|
|
4
|
Eh kang, ini
teh riya’
|
v
|
v
|
|
5
|
Kalau gitu
update status saja.
|
v
|
v
|
v
|
6
|
Sarua wae.
Pamer! (sama aj. Pamer!)
|
v
|
v
|
|
7
|
No..no..no.
Pakai bahasa yang religious dong.
|
v
|
v
|
v
|
8
|
Alhamdulilah
bisa melaksanakan sholat Tahajud dua per tiga malam. Terimakasih ya Allah.
|
v
|
v
|
|
9
|
Pake hashtag
berkah ramadhan.
|
|
v
|
v
|
10
|
Ssst pergi!
|
v
|
v
|
|
11
|
Enggak
|
v
|
v
|
|
12
|
Yaudah aku
yang pergi
|
v
|
v
|
|
13
|
Hahaha
yasudah karepmu.
|
v
|
v
|
|
14
|
Demi eksis
pahala habis
|
v
|
v
|
|
a)
Huuh..
Setan! Ganggu wae.
Bentuk tindak tutur itu termasuk
dalam tindak tutur lokusi, ilokusi, dan tindak tutur direktif, indirect, non
explicit. . Pada pernyataan Huuh.. Setan! Ganggu wae itu termasuk
lokusi karena penutur, muslimin, meyatakan kepada mitra tutur yaitu setan.
Selain itu pernyataan itu juga termasuk ilokusi direktif , tidak langsung,
non explicit karena mengandung maksud yang ditujukan kepada mitra tutur
secara tidak literal untuk tidak mengganggu.
b)
Tahajudnya
sudah. Sekarang tinggal selfienya.
Bentuk tindak tutur dari ujaran ini merupakan lokusi, ilokusi,
direktif, tidak langsung. Dikatakan lokusi karena penutur, setan, memberikan
pernyataan yang berupa suatu kebenaran bahwa memang sholat tahajud telah usai.
Dalam pernyataan sekarang tinggal selfinya merupakan bentuk ilokusi direktif, tidak
langsung. Ujaran itu mempunyai maksud untuk menyarankan agar mitra tutur,
muslimin, melakukan selfie setelah sholat.
c)
Hari
gini gak selfie gak eksis bos!
Bentuk tindak tutur dari ujaran itu adalah lokusi, ilokusi,
direktif, tidak langsung. Dikatakan lokusi karena penutur, setan, memberikan
informasi bahwa kalau tidak selfie jaman sekarang ini dikatakan tidak
eksis, ketinggalan jaman. Ilokusinya berupa direktif karena penutur sebenarnya
mempunyai tujuan untuk mengajak lawan tutur untuk tetap eksis dengan cara selfie.
d)
Eh
kang, ini teh riya’
Bentuk tindak tutur dari ujaran itu adalah lokusi, ilokusi,
representatif. Ujaran Eh kang, ini
teh riya’ merupakan lokusi karena penutur, muslimin, memberikan informasi
kebenaran bahwa selfie setelah ibadah termasuk riya’ . Ujaran
tersebut juga termasuk ilokusi representatif karena penutur, muslimin,
bermaksud menolak untuk selfie.
e)
Kalau
gitu update status saja
Bentuk tindak tutur dari ujaran itu adalah ilokusi dan perlokusi.
Ilokusi karena ujaran itu merupakan pernyataan yang bertujuan untuk member
saran kepada mitra tutur. Konteks percakapannya adalah sebagai berikut:
Setan :
Hari gini gak selfie gak eksis bos!
Muslimin : Eh kang. Ini teh Riya’
Setan :Kalau
gitu update status saja.
Ujaran Kalau
gitu update status saja juga merupakan perlokusi karena setan memahami
bahwa perbuatan selfie itu riya’ sehingga ia menyarankan kepada
mitra tutur, muslimin, untuk update status di media sosial setelah
melakukan ibadah sholat tahajud.
f)
Sarua
wae. Pamer! (sama aja.
Pamer!)
Bentuk tindak tutur dalam ujaran itu adalah lokusi, ilokusi
representatif. Penutur, muslimin, mengatakan Sarua wae. Pamer! Sebagai
suatu pernyataan yang menginformasikan kepada mitra tutur, setan, bahwa
kegiatan update status setelah ibadah juga sama seperti pamer. Ujaran
itu juga merupakan ilokusi karena penutur, muslimin, mengatakan itu dengan
maksud menolak untuk update status di media sosial.
g)
No..no..no.
Pakai bahasa yang religius dong.
Bentuk tindak tutur pada ujaran itu adalah ilokusi direktif, dan
perlokusi. Merupakan ilokusi karena penutur, setan, mengatakan ujaran itu
mempunyai maksud untuk memberikan saran kepada mitra tutur,muslimin, untuk
menggunakan bahasa yang religius. Berikut adalah konteks pembicaraannya:
Setan : Hari
gini gak selfie gak eksis bos!
Muslimin : Eh kang. Ini
teh Riya’
Setan :Kalau gitu
update status saja.
Muslimin : Sarua
wae..Pamer!
Setan : No..no..no.
Pakai bahasa yang religious dong. Alhamdulilah bisa melaksanakan sholat
Tahajud dua per tiga malam. Terimakasih ya Allah. Pake hashtag berkah ramadhan.
Ujaran No..no..no. Pakai bahasa yang religious dong juga
merupakan perlokusi karena disitu penutur, setan, paham bahwa mitra tutur,muslimin, menolak sehingga penutur mengatakan ujaran
itu untuk member saran.
h)
Alhamdulilah
bisa melaksanakan sholat Tahajud dua per tiga malam. Terimakasih ya Allah.
Bentuk tindak tutur dalam ujaran itu adalah ilokusi ekspresif,
perlokusi. Ujaran itu termasuk ilokusi karena penutur, setan, memberikan
pernyataan yang menunjukan rasa terimakasih. Ujaran itu juga termasuk perlokusi
karena bermaksud memberikan saran untuk menuliskan itu dalam status di
media sosial. Konteks percakapan bisa dilihat pada poin f.
i)
Pake hashtag berkah ramadhan.
Bentuk tindak tutur dalam ujaran itu adalah ilokusi direktif.
Dikatakan sebagai ilokusi karena ujaran itu dikatakan penutur, setan, kepada
mitra tuturnya yaitu seorang muslimin dengan maksud untuk memberikan saran agar
mitra tutur memakai hashtag berbunyi berkah ramadhan pada tulisan
update statusnya.
j)
Ssst pergi!
Bentuk tindak tutur dalam ujaran itu adalah ilokusi direktif.
Penutur , muslimin, mengatakan Ssst pergi! kepada mitra tuturnya, setan,
dengan maksud untuk menyuruhnya menjauh dari dirinya. Sehingga tindak tutur itu
tergolong dalam tindak tutur direktif.
k)
Enggak
Bentuk tindak tutur itu merupakan ilokusi representatif. Ujaran enggak
dikatakan oleh penutur, setan, kepada mitra tuturnya, muslimin, dengan maksud
menolak untuk pergi.
l)
Yaudah aku yang pergi
Bentuk tindak tutur dari ujaran itu
adalah lokusi, ilokusi komisif dan perlokusi. Kata yang diujarkan oleh penutur,
muslimin, Yaudah aku yang pergi merupakan lokusi karena itu berisi
informasi bahwa penuturlah yang pergi. Seain itu ujaran itu juga merupakan
ilokusi komisif karena penutur harus melakukan sesuatu seperti apa yang
dituturkannya yaitu pergi meninggalkan tempat itu.
m)
Hahaha yasudah karepmu.
Bentuk tindak tutur dalam ujaran itu adalah ilokusi ekpresif.
Ujaran Hahaha yasudah karepmu. Dikatakan oleh penutur, setan, dengan
maksud untuk menyetujui.
n)
Demi
eksis pahala habis.
Bentuk tindak tutur ujaran itu adalah ilokatif yaitu diungkapkan
dengan maksud agar tidak selfie ataupun update status dalam
beribadah.
b.
Fungsi
Tindak Tutur
Dalam percakapan yang termuat dalam video iklan layanan masyarakat
itu menggunakan tindak tutur-tindak tutur yang mempunyai fungsi:
a)
Fungsi
informatif
Tindak
tutur yang ada dalam tayangan itu mempunyai fungsi informatif yaitu memberikan
informasi kepada pendengar. Misalnya dalam ujaran:
Eh kang, ini teh riya’
Hari gini gak selfie gak eksis bos!
b)
Fungsi
persuasive
Tindak tutur yang ada dalam tayangan ini mempunyai fungsi persuasif
yaitu untuk membujuk, meyakinkan atau mempengaruhi seseorang. Misalnya dalam
ujaran:
Tahajudnya sudah. Sekarang tinggal selfienya.
Kalau gitu update status saja.
Pakai bahasa yang religious dong.
E.
KESIMPULAN
Dalam tayang
iklan layanan masyarakat berjudul Waspada Ujub, Riya’ dan Sombong dalam
Ibadah ini mempunyai bentuk bentuk tindak tutur yang bermacam-macam yaitu
lokatif, ilokatif, dan perlokatif. Bentuk ilokatifnya terdiri dari empat
kategori yaitu representative, direktif, komisif, serta ekspresif. Selain
bentuk-bentuk itu dapat juga diketahui bahwa tindak tutur dalam iklan layanan
masyarakat itu mempunyai fungsi informatif dan persuasive.
DAFTAR PUSTAKA
Austin, J.L. 1995. How To Do Things With Words. New York:
Oxford University Press.
Parker,
Frank dan Kathryn Riley. 2014. Linguistics for Non-Linguistics.
Singapore: Pearson Education
Ltd.
Wijana, I Dewa Putu. 2009. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta:
Yumman Pressindo.
________________.1996. DAsar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta:
Andi Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar