UNEN-UNEN KOSOK BALEN BAHASA
JAWA : ANALISIS ETNOLINGUISTIK
Oleh: Dwi Puji Lestari
1.
Pengantar
Bahasa
merupakan sarana yang penting dalam suatu kelompok karena pada hakikatnya
bahasa adalah instrument sosial, yaitu bahasa sebagai bentuk perilaku sosial
yang merupakan hasil dari interaksi sosial (Kaplan dan Manners, 1999:200-201).
Sebagai instrument sosial, fungsi bahasa pada suatu kelompok menjadi cukup penting.
Hal ini dikarenakan bahasa berkaitan dengan cara pandang dunia penuturnya. Oleh
karena itu bahasa tidak dapat dipisihkan dari budaya penuturnya.
Silzer (via
Chaer, 2004:168) semakin mempertegas bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua
buah fenomena yang terikat, bagai dua anak kembar siam atau sekeping uang logam
yang pada satu sisi merupakan bahasa dan pada sisi yang lain merupakan budaya,
maka segala hal yang ad dalam budaya akan tercermin melalui bahasa, begitu
sebaliknya. Bahasa tidak hanya menggambarkan cara pandang manusia tentang dunia
dan konsepnya, tetapi juga membentuk bisi tentang realitas. Pandangan-pandangan
ini merajut pada pemikiran bahwa dengan melukiskan bahasa sebagai penjelmaan
pikiran dan perasaan, maka bahasa itu mendapat arti jauh lebih tinggi daripada
sistem bunyi atau fonem. Oleh karena itu, pikiran dan perasaanlah yang
melahirkan kebudayaan, maka bahasa sebagai penjelmaan dari pikiran dan perasaan
menjadi cerminan selengkap-lengkanya dan sesempurna dari kebudayaan.
Orang Jawa
dalam berkomunikasi terkadang tidak selugas etnik-etnik lain. Orang jawa
terkenal dengan tuturannya yang halus dan penuh dengan kesopanan demi menjaga
etika dan rasa. Dalam bertutur kata tak jarang orang-orang Jawa menggunakan unen-unen,
paribasan, perumpamaan untuk mengungkapkan gagasan yang ada dalam
pikirannya. Unen-unen merupakan bentuk bahasa yang masih digunakan dalam
berkomunikasi. Salah satu yang menarik adalah unen-unen kosok balen. Awakmu
kuru semongko! Itu merupakan salah satu contoh bagaimana cara orang Jawa
mengatakan gemuk kepada orang lain. Gagasan yang dimaksud disembunyikan
sehingga kata gemuk tidak tersampaikan secara langsung.
Dalam tulisan ini penulis memusatkan perhatian pada unen-unen kosok
balen. Berdasarkan fenomena yang ada dalam tulisan ini terdapat tiga
permasalahan yang dibahas yaitu; 1) Apa sajakah unsur-unsur pembentuk unen-unen
kosok balen bahasa Jawa ?; 2) Bagaimana makna unen- unen kosok balen bahasa
jawa terbentuk?;3) Bagaimana budaya dan cara berpikir orang jawa yang tercermin
dalam unen-unen kosok balen? Tujuan dari makalah ini adalah 1) Mendeskripsikan
unsur-unsur pembentuk unen-unen kosok balen bahasa Jawa; 2)Mendeskripsikan
terbentuknya makna unen-unen kosok balen bahasa Jawa; 3) Mendeskripsikan
budaya dan pola pikir orang jawa yang tercermin dalam unen-unen kosok balen.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Syarifudin (2008) dalam
desertasinya memilih mantra nelayan Bajo di Sumbawa sebagai objek
penelitiannya. Ia mengklasifikasikan mantra-mantra nelayan Bajo di Sumbawa dan
menguraikan cirri-ciri linguistiknya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
mantra-mantra nelayan Bajo di Sumbawa menyiratkan pola pikir yang berupa
relasi-relasi orang Bajo dengan manusia lain, orang Bajo dengan makhluk halus,
orang Bajo dengan fauna, dan orang Bajo dengan gejala alam.
Madjid (2010) melakukan penelitian
etnolinguistik dalam tesisnya yang berjudul “Sistem Pengetahuan Teknologi
Kebudayaan Masyarakat Nelayan Puger yang Tercermin Dalam Satuan Lingual Bahasa
Jawa Alat Transportasi Melaut dan Alat Tangkap: Sebuah Kajian Etnolinguistik’.
Dalam penelitiannya Madjid menguraikan prinsip-prinsip klasifikasi yang
digunakan masyarakat nelayan Puger meliputi bentuk yang mencakup ciri fisik
alat, alat tangkap yang digunakan, cara kerja, hasil tangkapan, dan lokasi.
Sistem pengetahuan teknologi kenelayanan masyarakat Puger masih sangat
berkaitan erat dengan pola pikir masyarakat nelayan Puger yang masih percaya
akan kekuatan gaib yang tidak terlihat. Teknologi kenelayanan yang mereka
gunakan tidak hanya dipandang sebagai sebuah alat yang mereka gunakan untuk
melaut tetapi sebagai makhluk yang memiliki roh. Oleh karena itu, penamaan akan
alat perlu dilakukan seperti halnya penamaan organ pada manusia atau makhluk
hidupnya.
Hubungannya
bahasa dengan budaya dipelajari dalam suatu bidang yang disebut dengan
linguistik anthropologi atau etnolisnguistk. Foley menjelaskan bahwa linguistik
anthropologi adalah disiplin ilmu yang bersifat interpretative yang lebih jauh
mengupas bahasa untuk menemukan pemahaman budaya (cultural understanding). Sibarani
(2004) merinci hal-hal yang diamati dalam linguistik antropologi, yaitu (1)
menganalisis istilah-istilah budaya dan ungkapan, (2) menganalisis proses
penamaan, (3) menganalisis kesopansantunan, (4) menganalisis konsep budaya dari
unsur-unsur bahasa, (5) menganalisis etnisitas dari sudut pandang bahasa, dan
(6) menganalisis cara berpikir melalui struktur bahasa.
Kajian
etnolinguistik terhadap unen-unen kosok balen ini merupakan penelitian
kualitatif. Metode linguistik
anropologi yang ditawarkan Foley (1997), juga digunakan untuk memahami budaya
dibalik bahasa.
2. Pembahasan
a. Unsur-unsur
pembentuk unen-unen Kosok Balen
Sebelum melihat unsur-unsur pembentuknya, berikut adalah
daftar unen unen kosok balen dalam bahasa Jawa:
abang
dluwang :putih/
pucet banget
abot
kapuk :enteng
banget
abot
merang sagedheng : enteng banget
agal
glepung : halus
banget
aji
godhong garing : ora ono
ajine
amba
godhong kelor : ciyut banget
anteng
kitiran : polahe
ora karuan
arum
jamban : banger banget
atos
debog :
empuk banget
brintik
linggis : lurus/
kaku banget
dhuwur
kencur : cendhek
banget
jero
tapak meri : cethek
banget
kandel
kulit bawang : tipis banget
kuning
silit kwali : ireng
banget
kuru
semongko : lemu banget
legi
brotowali : pait
pait
madu : legi
resik
peceren : reget
wuled
godhong lumbu : mbedhel banget
Pada daftar unen-unen kosok balen diatas dapat diamati
konstruksinya yaitu merupakan gabungan dari adjektiva dan kata benda/frasa kata
benda.
Tabel 1. Unsur Penyusun Unen-unen Kosok Balen
Unen-unen Kosok Balen
|
Unsur-unsur peyusunnya
|
|
adjektiva
|
nomina/frasa nomina
|
|
abang dluwang
|
abang
|
dluwang
|
abot kapuk
|
abot
|
kapuk
|
abot merang segedheng
|
abot
|
Merang segedheng
|
agal glepung
|
agal
|
Glepung
|
aji godhong garing
|
aji
|
Godhong garing
|
amba godhong kelor
|
amba
|
Godhong kelor
|
anteng kitiran
|
anteng
|
Kitiran
|
arum jamban
|
arum
|
Jamban
|
atos debog
|
atos
|
Debog
|
arintik linggis
|
brintik
|
Linggis
|
dhuwur kencur
|
dhuwur
|
Kencur
|
jero tapak meri
|
jero
|
Tapak meri
|
kandel kulit bawang
|
kandel
|
Kulit bawang
|
kuning silit kwali
|
kuning
|
silit kwali
|
kuru semongko
|
kuru
|
semongko
|
legi brotowali
|
legi
|
brotowali
|
pait madu
|
Pait
|
madu
|
resek peceren
|
resek
|
peceren
|
wuled godhong lembu
|
wuled
|
Godhong lembu
|
b. Pembentukan
makna Unen-unen Kosok Balen
Unen-unen kosok balen merupakan ungkapan-ungkapan yang memiliki
makna yang saling bertentangan. Pada kata pait madu misalnya, makna kata
pait (manis) dan kata madu yang mengikutinya jika
dihubungkan maka memiliki hubungan yang saling bertentangan. Hubungan antar
kata dalam unen-unen itu dapat diidentifikasi dengan cara menguraikan makna
referensial dari unsur kedua yang mengikuti unsur pertama.
Tabel
2. Makna Referensial Unsur kedua
Unsur ke-1
|
Unsur ke-2
|
Makna referensial unsur ke-2
|
Abang (merah)
|
dluwang (kertas)
|
dluwang:benda berbentuk lembaran terbuat dari serat
kayu, biasa berwarna putih, digunakan untuk tempat menulis atau untuk
membungkus sesuatu.
|
abot (berat)
|
kapuk (kapas)
|
kapuk: dari buah pohon kapuk, berwarna putih,
ringan, berterbangan jika tertiup angin.
|
abot (berat)
|
merang segedheng (seikat merang)
|
merang: bagian dari pohon padi yang kering,
ringan, berwarna kuning.
|
agal (kasar)
|
glepung (tepung)
|
glepung: berupa serbuk-serbuk halus, berwarna putih,
biasanya terbuat dari beras, gandum, ketela, jagung yang dihaluskan.
|
aji (bermanfaat)
|
godhong garing (daun kering)
|
godhong garing: daun yang sudah tidak hijau lagi, jatuh
ditanah, terkena panas, tidak bisa untuk berfotosintesis.
|
amba
(lebar)
|
godhong kelor (daun kelor)
|
godhong kelor: daun yang merupakan bagian dari pohon
kelor, berbentuk bulat dan kecil.
|
anteng (diam)
|
kitiran (kincir angin)
|
kitiran: benda yang berputar-putar karena angin.
|
arum (harum)
|
jamban (jamban)
|
jamban: ruangan kecil tempat manusia membuang
kotoran, bau.
|
atos (keras)
|
debog (batang pisang)
|
debog: batang pisang berbentuk lembaran-lembaran,
lunak, berair.
|
brintik ( bergelombang)
|
linggis (linggis)
|
linggis:sebuah alat yang terbuat dari besi berbentuk
panjang, lurus, tajam pada ujungnya.
|
dhuwur (tinggi)
|
kencur (kencur)
|
kencur : tumbuhan akar tinggal, herbal, tumbuhanya
pendek tidak bisa tinggi seperti tanaman sejenis laiinya, akar mempunyai bau
yang khas, berbentuk seperti umbi, kecil.
|
jero (dalam)
|
tapak meri (jejak kaki anak itik)
|
tapak meri : jejak kaki anak itik, berada di tanah,
kecil, tidak menapak dalam, tidak terlalu nampak.
|
kandel (tebal)
|
kulit bawang (kulit bawang)
|
kulit bawang: kupasan bawang, berwarna putih,tipis.
|
kuning (kuning)
|
silit kwali (dasar kuali bagian luar)
|
silit kwali: dasar kuali bagian luar, biasanya berwarna
hitam.
|
kuru (kurus)
|
semongko (semangka)
|
semongko: buah yang berbentuk bulat, besar, dagingnya
buah berwarna merah banyak mengandung air, kulit berwarna hijau bercorak
hijau tua.
|
legi (manis)
|
Brotowali (brotowali)
|
brotowali: tanaman obat tradisional, merambat, batang
sebesar jari kelingking, pahit.
|
pait (pahit)
|
madu (madu)
|
madu: cairan kental sangat manis berasal dari
lebah, berwarna kuning, berkhasiat tinggi.
|
resek (bersih)
|
peceren (got)
|
Peceren: got, tempat aliran air kotor, kotor, bau.
|
wuled (kuat)
|
godhong lumbu (daun t alas)
|
godhong lumbu: daun talas, warna hijau, lebar, mudah
sobek.
|
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa
hubungan-hubungan antar makna dalam unen-unen itu bertentangan. Selain
itu juga dapat diketahui bahwa makna yang menentukan adalah makna yang dibawa
oleh unsur kedua yaitu makna yang terkonseptualisasi dalam nomina yang
mengikuti adjektiva. Berikut beberapa penjelasannya:
1)
abang dluwang
Unen-unen abang dluwang bermakna putih banget. Terdiri
dari adjektiva abang yang berarti merah dan nomina dluwang yang
berarti kertas. Kata dluwang mempunyai referensi suatu benda berbentuk
lembaran dan berwarna putih. Jika kita cermati penentu makna inti dari unen-unen
itu dibawa oleh kata dluwang karena dluwanglah yang memiliki
ciri warna putih. Sehingga kata abang hanya berperan sebagai penentu kata
sifat yang akan ditentangkan maknanya dengan apa yang akan dimaksud. Tidak
mungkin kata abang akan ditentangkan dengan lembaran yang juga salah
satu konsep dari dluwang.
2)
kuru semongko
Unen-unen kuru semongko bermakna lemu banget (gemuk
sekali). Unen-unen itu terdiri dari adjektiva kuru yang berarti
kurus dan nomina semongko yang berarti semongko. Kata semongko
mempunyai referensi yaitu buah yang berbentuk bulat, besar, daging buah
berwarna merah, berair, manis, kulit warna hijau bercorak hijau tua. Jika
dicermati, penentu makna inti dari unen-unen itu dibawa oleh kata semongko
karena kata semongko memiliki ciri gemuk yaitu bulat dan besar. Sehingga
kata kuru hanya berperan sebagai penentu sifat yang akan ditentangkan
maknanya dengan apa yang akan dimaksud. Tidak mungkin kata kuru akan
ditentangkan dengan merah atau manis yang juga merupakan konsep dari semongko.
3)
legi brotowali
Unen-unen legi brotowali bermakna pait banget (pahit
sekali). Unen-unen itu terdiri dari adjektiva legi yang berarti
manis dan nomina brotowali yang berarti tanaman Bratawali. Kata brotowali
mempunyai referensi tanaman obat tradisional, merambat, batang sebesar jari
kelingking, pahit. Jika dicermati, penentu makna inti dari unen-unen itu
dibawa oleh kata brotowali karena kata brotowali yang memiliki
ciri rasa pahit. Sehingga kata legi hanya berperan sebagai penentu kategori
sifat yang akan ditandingkan maknanya dengan apa yang akan dimaksud. Tidak
mungkin kata pait akan ditentangkan dengan tanaman obat atau merambat
yang juga merupakan konsep dari brotowali.
Dibawah ini adalah gambaran bagaimana
makna unen-unen itu terbentuk:
Gambar 1. Visualisasi pembentukan makna unen-unen
kosok balen
c. Budaya
dan cara berpikir orang Jawa yang tercermin dalam unen-unen kosok balen
Dari karakteristik suatu bahasa dapat dilihat bagaimana
pola pikir penuturnya. Melalui unen-unen kosok balen bahasa Jawa ini
dapat diketahui bagaimana budaya dan cara berpikir orang Jawa. Berdasarkan unen-unen
kosok balen itu terlihat implikasi budaya dan cara berpikir dalam:
1) Hubungannya dengan alam sekitar
Unen-unen kosok balen menggunakan referensi kata-kata
yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan seperti merang, debog, godhong kelor,
brotowali, kencur, bawang, kapuk. Tumbuh-tumbuhan itu sangat dekat dengan
kehidupan masyarakat Jawa karena mereka menggunakan tetumbuhan itu dalam
kehidupan sehari-hari. Masyarakat Jawa bercocok tanam padi sehingga terdapat merang.
Biasanya merang digunakan untuk pakan hewan ternak, untuk pupuk,
atau sebagai media jamur merang. Debog adalah batang pohon pisang.
Biasanya debog digunakan oleh para petani tembakau yaitu dengan
dikeringkan dan digunakan untuk membungkus
tembakau yang siap untuk disimpan. Kelor merupakan salah satu
tumbuhan yang daunnya digunakan masyarakat Jawa tradisional sebagai obat dan
syarat ritual tertentu. Brotowali dan kencur juga dimanfaatkan
masyarakat sebagai obat-obatan atau jamu dan selain sebagai jamu, kencur juga
digunakan untuk pelengkap bumbu masak. Bawang juga merupakan bumbu masak
yang selalu digunakan oleh orang Jawa dan juga digunakan untuk membuat tumbak
sewu untuk mengusir roh-roh jahat agar tidak mengganggu bayi. Kapuk merupakan
buah dari pohon Randu. Kapuk bagi masyarakat jawa sangat penting karena kapuk
adalah bahan utama pengisi kasur dan bantal yang sering mereka gunakan
untuk tidur.
Dari sini dapat kita lihat bahwa orang-orang Jawa erat
hubungannya dengan alam sekitar dengan memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan disekitar
untuk mencukupi kebutuhan. Selain itu dapat dilihat juga bahwa orang Jawa
membuat jamu atau ramuan-ramuan tradisional untuk mengobati penyakit-penyakit. Penggunann
bawang dan godhong kelor selain sebagai obat tetapi sebagai
syarat ritual menunjukan bahwa orang jawa memang mempunyai sifat religious dan
percaya pada hal yang magis.
2) Hubungannya dengan sesama manusia
Unen-unen kosok balen mengugkapkan maksud secara tidak
langsung kepada lawan bicara. Makna yang sebenarnya disiratkan pada suatu hal
lain yang berlawanan. Dari karakteristik unen-unen kosok balen ini dapat
dilihat bahwa penutur bahasa Jawa menjunjung tinggi etika, rasa dan estetika
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Etika berbicara selalu dijaga dengan
menyampaikan sesuatu secara tidak langsung agar tidak menyakiti perasaan orang
lain. Melalui dibentuknya unen-unen ini terlihat pula bahwa orang Jawa
mempunyai nilai estetika yang dipelihara.
3. Penutup
Berdasarkan hasil analisis unen-unen
kosok balen bahasa Jawa dapat disimpulkan bahwa:
a. Unen-unen
kosok balen bahasa Jawa disusun dari dua unsur yaitu unsur pertama
yang berupa adjektiva dan unsur kedua berupa nomina atau frasa nomina. yang
mempunyai komponen penentu sifat dan unsur kedua yang mempunyai
komponen-komponen pembawa makna intinya. Unsur pertama adalah adjektiva dan
unsur kedua berupa nomina atau frasa nomina.
b. Makna pada unen-unen kosok
balen terbentuk karena ada dua unsur penyusun yaitu unsur pertama berupa
adjektiva yang mempunyai komponen penentu sifat dan unsur kedua yaitu berupa
nomina yang mempunyai komponen-komponen pembawa makna intinya. Sehingga
komponen penentu sifat pada unsur pertama akan menentukan komponen makna mana
yang dalam kategori sama (meskipun bertentangan) yang akan menjadi makna inti
dari unen-unen kosok balen itu.
c. Unen-unen
kosok balen memberikan gambaran mengenai orang Jawa dalam kaitannya
dengan budaya dan pola pikir yang terlihat dalam hubungannya orang Jawa dengan
alam sekitar dan hubungan orang Jawa dengan sesama. Orang Jawa adalah orang
yang dekat dengan tumbuh-tumbuhan. Kebutuhan hidup, obat-obatan didapat dari
tumbuh-tumbuhan. Orang Jawa juga orang yang religious dan percaya dengan magis
dapat dilihat dari digunakannya tumbuhan-tumbuhan tertentu yang dipakai sebagai
syarat-syarat ritual seperti kelor, bawang, dan kencur sebagai
salah satu unsur penyusun unen-unen kosok balen. Tercermin dalam unen-unen
kosok balen bahwa orang Jawa sangat menjaga etika dan rasa dalam berbicara
dengan sesame. Orang Jawa cenderung tidak mengatakan secara terus terang dalam
menyampaikan maksud yang membuat perasaan tidak enak. Yang terakhir adalah
bahwa orang Jawa adalah orang yang menjaga nilai estetika juga tercermin dengan
dibentuknya unen-unen ini.
Duranti, Alesandro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge:
Cambridge University Press.
Foley, William A. 1997. Anthropological Linguistics: An
Introduction. Oxford: Blackwell
Published.
Kapplan, David dan Albert A. Manner. 1999. Teori Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Madjid, Hilda Izzati. 2010. “Sistem Pengetahuan Teknologi
Kenelayanan Masyarakat Nelayan
Puger yang Tercermin Dalam Satuan Lingual Bahasa Jawa Alat Transportasi Melaut dan Alat Tangkap:
Sebuah Kajian Etnolinguistik’. Tesis. Yogyakarta:
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Maulana F., Angger dan M. Abi Tofani. tanpa tahun. Buku Pinter
Kawruh Basa Jawa Pepak. Surabaya:
Nidya Pustaka
Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik.
Antropologi Linguistik, Linguistik Antropologi. Medan: Penerbit
Poda.
Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Syarifuddin. 2008. ‘Mantra Orang Bajo:
Cerminan Pikiran Kolektif Orang Bajo di Sumbawa’.
Desertasi Yogyakarta. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta.
2001. Kamus Bahasa Jawa. Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar