Mutiara

Rabu, 27 April 2016

UNEN-UNEN KOSOK BALEN BAHASA JAWA : ANALISIS ETNOLINGUISTIK

UNEN-UNEN KOSOK BALEN BAHASA JAWA : ANALISIS ETNOLINGUISTIK
Oleh: Dwi Puji Lestari


1.      Pengantar
Bahasa merupakan sarana yang penting dalam suatu kelompok karena pada hakikatnya bahasa adalah instrument sosial, yaitu bahasa sebagai bentuk perilaku sosial yang merupakan hasil dari interaksi sosial (Kaplan dan Manners, 1999:200-201). Sebagai instrument sosial, fungsi bahasa pada suatu kelompok menjadi cukup penting. Hal ini dikarenakan bahasa berkaitan dengan cara pandang dunia penuturnya. Oleh karena itu bahasa tidak dapat dipisihkan dari budaya penuturnya.
Silzer (via Chaer, 2004:168) semakin mempertegas bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua buah fenomena yang terikat, bagai dua anak kembar siam atau sekeping uang logam yang pada satu sisi merupakan bahasa dan pada sisi yang lain merupakan budaya, maka segala hal yang ad dalam budaya akan tercermin melalui bahasa, begitu sebaliknya. Bahasa tidak hanya menggambarkan cara pandang manusia tentang dunia dan konsepnya, tetapi juga membentuk bisi tentang realitas. Pandangan-pandangan ini merajut pada pemikiran bahwa dengan melukiskan bahasa sebagai penjelmaan pikiran dan perasaan, maka bahasa itu mendapat arti jauh lebih tinggi daripada sistem bunyi atau fonem. Oleh karena itu, pikiran dan perasaanlah yang melahirkan kebudayaan, maka bahasa sebagai penjelmaan dari pikiran dan perasaan menjadi cerminan selengkap-lengkanya dan sesempurna dari kebudayaan.
Orang Jawa dalam berkomunikasi terkadang tidak selugas etnik-etnik lain. Orang jawa terkenal dengan tuturannya yang halus dan penuh dengan kesopanan demi menjaga etika dan rasa. Dalam bertutur kata tak jarang orang-orang Jawa menggunakan unen-unen, paribasan, perumpamaan untuk mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikirannya. Unen-unen merupakan bentuk bahasa yang masih digunakan dalam berkomunikasi. Salah satu yang menarik adalah unen-unen kosok balen. Awakmu kuru semongko! Itu merupakan salah satu contoh bagaimana cara orang Jawa mengatakan gemuk kepada orang lain. Gagasan yang dimaksud disembunyikan sehingga kata gemuk tidak tersampaikan secara langsung.

            Dalam tulisan ini penulis memusatkan perhatian pada unen-unen kosok balen. Berdasarkan fenomena yang ada dalam tulisan ini terdapat tiga permasalahan yang dibahas yaitu; 1) Apa sajakah unsur-unsur pembentuk unen-unen kosok balen bahasa Jawa ?; 2) Bagaimana makna unen- unen kosok balen bahasa jawa terbentuk?;3) Bagaimana budaya dan cara berpikir orang jawa yang tercermin dalam unen-unen kosok balen? Tujuan dari makalah ini adalah 1) Mendeskripsikan unsur-unsur pembentuk unen-unen kosok balen bahasa Jawa; 2)Mendeskripsikan terbentuknya makna unen-unen kosok balen bahasa Jawa; 3) Mendeskripsikan budaya dan pola pikir orang jawa yang tercermin dalam unen-unen kosok balen.

          Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Syarifudin (2008) dalam desertasinya memilih mantra nelayan Bajo di Sumbawa sebagai objek penelitiannya. Ia mengklasifikasikan mantra-mantra nelayan Bajo di Sumbawa dan menguraikan cirri-ciri linguistiknya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mantra-mantra nelayan Bajo di Sumbawa menyiratkan pola pikir yang berupa relasi-relasi orang Bajo dengan manusia lain, orang Bajo dengan makhluk halus, orang Bajo dengan fauna, dan orang Bajo dengan gejala alam.
   Madjid (2010) melakukan penelitian etnolinguistik dalam tesisnya yang berjudul “Sistem Pengetahuan Teknologi Kebudayaan Masyarakat Nelayan Puger yang Tercermin Dalam Satuan Lingual Bahasa Jawa Alat Transportasi Melaut dan Alat Tangkap: Sebuah Kajian Etnolinguistik’. Dalam penelitiannya Madjid menguraikan prinsip-prinsip klasifikasi yang digunakan masyarakat nelayan Puger meliputi bentuk yang mencakup ciri fisik alat, alat tangkap yang digunakan, cara kerja, hasil tangkapan, dan lokasi. Sistem pengetahuan teknologi kenelayanan masyarakat Puger masih sangat berkaitan erat dengan pola pikir masyarakat nelayan Puger yang masih percaya akan kekuatan gaib yang tidak terlihat. Teknologi kenelayanan yang mereka gunakan tidak hanya dipandang sebagai sebuah alat yang mereka gunakan untuk melaut tetapi sebagai makhluk yang memiliki roh. Oleh karena itu, penamaan akan alat perlu dilakukan seperti halnya penamaan organ pada manusia atau makhluk hidupnya.
Hubungannya bahasa dengan budaya dipelajari dalam suatu bidang yang disebut dengan linguistik anthropologi atau etnolisnguistk. Foley menjelaskan bahwa linguistik anthropologi adalah disiplin ilmu yang bersifat interpretative yang lebih jauh mengupas bahasa untuk menemukan pemahaman budaya (cultural understanding). Sibarani (2004) merinci hal-hal yang diamati dalam linguistik antropologi, yaitu (1) menganalisis istilah-istilah budaya dan ungkapan, (2) menganalisis proses penamaan, (3) menganalisis kesopansantunan, (4) menganalisis konsep budaya dari unsur-unsur bahasa, (5) menganalisis etnisitas dari sudut pandang bahasa, dan (6) menganalisis cara berpikir melalui struktur bahasa.
Kajian etnolinguistik terhadap unen-unen kosok balen ini merupakan penelitian kualitatif. Metode linguistik anropologi yang ditawarkan Foley (1997), juga digunakan untuk memahami budaya dibalik bahasa.
2.      Pembahasan
a.      Unsur-unsur pembentuk unen-unen Kosok Balen
Sebelum melihat unsur-unsur pembentuknya, berikut adalah daftar unen unen kosok balen dalam bahasa Jawa:
                        abang dluwang                       :putih/ pucet banget                            
                        abot kapuk                               :enteng banget
                        abot merang sagedheng          : enteng banget
                        agal glepung                           : halus banget
                        aji godhong garing                  : ora ono ajine
                        amba godhong kelor               : ciyut banget
                        anteng kitiran                          : polahe ora karuan
                        arum jamban                           : banger banget
                        atos debog                               : empuk banget
                        brintik linggis                          : lurus/ kaku banget
                        dhuwur kencur                        : cendhek banget
                        jero tapak meri                        : cethek banget
                        kandel kulit bawang                : tipis banget
                        kuning silit kwali                     : ireng banget
                        kuru semongko                        : lemu banget
                        legi brotowali                          : pait
                         pait madu                                : legi
                         resik peceren                           : reget
                         wuled godhong lumbu             : mbedhel banget
Pada daftar unen-unen kosok balen diatas dapat diamati konstruksinya yaitu merupakan gabungan dari adjektiva dan kata benda/frasa kata benda.
Tabel 1. Unsur Penyusun Unen-unen Kosok Balen
Unen-unen Kosok Balen
Unsur-unsur  peyusunnya
adjektiva
nomina/frasa nomina
abang dluwang
abang
dluwang
abot kapuk
abot
kapuk
abot merang segedheng
abot
Merang segedheng
agal glepung
agal
Glepung
aji godhong garing
aji
Godhong garing
amba godhong kelor
amba
Godhong kelor
anteng kitiran
anteng
Kitiran
arum jamban
arum
Jamban
atos debog
atos
Debog
arintik linggis
brintik
Linggis
dhuwur kencur
dhuwur
Kencur
jero tapak meri
jero
Tapak meri
kandel kulit bawang
kandel
Kulit bawang
kuning silit kwali
kuning
silit kwali
kuru semongko
kuru
semongko
legi brotowali
legi
brotowali
pait madu
Pait
madu
resek peceren
resek
peceren
wuled godhong lembu
wuled
Godhong lembu

b.      Pembentukan makna Unen-unen Kosok Balen
Unen-unen kosok balen merupakan ungkapan-ungkapan yang memiliki makna yang saling bertentangan. Pada kata pait madu misalnya, makna kata pait (manis) dan kata madu yang mengikutinya jika dihubungkan maka memiliki hubungan yang saling bertentangan. Hubungan antar kata dalam unen-unen itu dapat diidentifikasi dengan cara menguraikan makna referensial dari unsur kedua yang mengikuti unsur pertama.
Tabel 2. Makna Referensial Unsur kedua
Unsur ke-1
Unsur ke-2
Makna referensial unsur ke-2
Abang (merah)
dluwang  (kertas)
dluwang:benda berbentuk lembaran terbuat dari serat kayu, biasa berwarna putih, digunakan untuk tempat menulis atau untuk membungkus sesuatu.
abot   (berat)
kapuk (kapas)
kapuk: dari buah pohon kapuk, berwarna putih, ringan, berterbangan jika tertiup angin.
abot (berat)
merang segedheng (seikat merang)
merang: bagian dari pohon padi yang kering, ringan, berwarna kuning.
agal  (kasar)
glepung (tepung)
glepung: berupa serbuk-serbuk halus, berwarna putih, biasanya terbuat dari beras, gandum, ketela, jagung yang dihaluskan.
aji    (bermanfaat)
godhong garing (daun kering)
godhong garing: daun yang sudah tidak hijau lagi, jatuh ditanah, terkena panas, tidak bisa untuk berfotosintesis.
amba  (lebar)
godhong kelor (daun kelor)
godhong kelor: daun yang merupakan bagian dari pohon kelor, berbentuk bulat dan kecil.
anteng   (diam)
kitiran  (kincir angin)
kitiran: benda yang berputar-putar karena angin.
arum      (harum)
jamban   (jamban)
jamban: ruangan kecil tempat manusia membuang kotoran, bau.
atos      (keras)
debog   (batang pisang)
debog: batang pisang berbentuk lembaran-lembaran, lunak, berair.
brintik ( bergelombang)

linggis   (linggis)
linggis:sebuah alat yang terbuat dari besi berbentuk panjang, lurus, tajam pada ujungnya.
dhuwur     (tinggi)
kencur   (kencur)
kencur  :  tumbuhan akar tinggal, herbal, tumbuhanya pendek tidak bisa tinggi seperti tanaman sejenis laiinya, akar mempunyai bau yang khas, berbentuk seperti umbi, kecil.
jero      (dalam)
tapak meri    (jejak kaki anak itik)
tapak meri : jejak kaki anak itik, berada di tanah, kecil, tidak menapak dalam, tidak terlalu nampak.
kandel     (tebal)
kulit bawang   (kulit bawang)
kulit bawang: kupasan bawang, berwarna putih,tipis.
kuning    (kuning)
silit kwali     (dasar kuali bagian luar)
silit kwali: dasar kuali bagian luar, biasanya berwarna hitam.
kuru    (kurus)
semongko     (semangka)
semongko: buah yang berbentuk bulat, besar, dagingnya buah berwarna merah banyak mengandung air, kulit berwarna hijau bercorak hijau tua.
legi (manis)
Brotowali  (brotowali)
brotowali: tanaman obat tradisional, merambat, batang sebesar jari kelingking, pahit.
pait    (pahit)
madu  (madu)
madu: cairan kental sangat manis berasal dari lebah, berwarna kuning, berkhasiat tinggi.
resek   (bersih)
peceren   (got)
Peceren: got, tempat aliran air kotor, kotor, bau.
wuled  (kuat)
godhong lumbu (daun t alas)
godhong lumbu: daun talas, warna hijau, lebar, mudah sobek.
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa hubungan-hubungan antar makna dalam unen-unen itu bertentangan. Selain itu juga dapat diketahui bahwa makna yang menentukan adalah makna yang dibawa oleh unsur kedua yaitu makna yang terkonseptualisasi dalam nomina yang mengikuti adjektiva. Berikut beberapa penjelasannya:
1)      abang dluwang
Unen-unen abang dluwang bermakna putih banget. Terdiri dari adjektiva abang yang berarti merah dan nomina dluwang yang berarti kertas. Kata dluwang mempunyai referensi suatu benda berbentuk lembaran dan berwarna putih. Jika kita cermati penentu makna inti dari unen-unen itu dibawa oleh kata dluwang karena dluwanglah yang memiliki ciri warna putih. Sehingga kata abang hanya berperan sebagai penentu kata sifat yang akan ditentangkan maknanya dengan apa yang akan dimaksud. Tidak mungkin kata abang akan ditentangkan dengan lembaran yang juga salah satu konsep dari dluwang.
2)      kuru semongko
Unen-unen kuru semongko bermakna lemu banget (gemuk sekali). Unen-unen itu terdiri dari adjektiva kuru yang berarti kurus dan nomina semongko yang berarti semongko. Kata semongko mempunyai referensi yaitu buah yang berbentuk bulat, besar, daging buah berwarna merah, berair, manis, kulit warna hijau bercorak hijau tua. Jika dicermati, penentu makna inti dari unen-unen itu dibawa oleh kata semongko karena kata semongko memiliki ciri gemuk yaitu bulat dan besar. Sehingga kata kuru hanya berperan sebagai penentu sifat yang akan ditentangkan maknanya dengan apa yang akan dimaksud. Tidak mungkin kata kuru akan ditentangkan dengan merah atau manis yang juga merupakan konsep dari semongko.
3)      legi brotowali
Unen-unen legi brotowali bermakna pait banget (pahit sekali). Unen-unen itu terdiri dari adjektiva legi yang berarti manis dan nomina brotowali yang berarti tanaman Bratawali. Kata brotowali mempunyai referensi tanaman obat tradisional, merambat, batang sebesar jari kelingking, pahit. Jika dicermati, penentu makna inti dari unen-unen itu dibawa oleh kata brotowali karena kata brotowali yang memiliki ciri rasa pahit. Sehingga kata legi hanya berperan sebagai penentu kategori sifat yang akan ditandingkan maknanya dengan apa yang akan dimaksud. Tidak mungkin kata pait akan ditentangkan dengan tanaman obat atau merambat yang juga merupakan konsep dari brotowali.
                              Dibawah ini adalah gambaran bagaimana makna unen-unen itu terbentuk:

Gambar 1. Visualisasi pembentukan makna unen-unen kosok balen

c.       Budaya dan cara berpikir orang Jawa yang tercermin dalam unen-unen kosok balen
Dari karakteristik suatu bahasa dapat dilihat bagaimana pola pikir penuturnya. Melalui unen-unen kosok balen bahasa Jawa ini dapat diketahui bagaimana budaya dan cara berpikir orang Jawa. Berdasarkan unen-unen kosok balen itu terlihat implikasi budaya dan cara berpikir dalam:
1)      Hubungannya dengan alam sekitar
Unen-unen kosok balen menggunakan referensi kata-kata yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan seperti merang, debog, godhong kelor, brotowali, kencur, bawang, kapuk. Tumbuh-tumbuhan itu sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Jawa karena mereka menggunakan tetumbuhan itu dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Jawa bercocok tanam padi sehingga terdapat merang. Biasanya merang digunakan untuk pakan hewan ternak, untuk pupuk, atau sebagai media jamur merang. Debog adalah batang pohon pisang. Biasanya debog digunakan oleh para petani tembakau yaitu dengan dikeringkan dan digunakan untuk membungkus  tembakau yang siap untuk disimpan. Kelor merupakan salah satu tumbuhan yang daunnya digunakan masyarakat Jawa tradisional sebagai obat dan syarat ritual tertentu. Brotowali dan kencur juga dimanfaatkan masyarakat sebagai obat-obatan atau jamu dan selain sebagai jamu, kencur juga digunakan untuk pelengkap bumbu masak. Bawang juga merupakan bumbu masak yang selalu digunakan oleh orang Jawa dan juga digunakan untuk membuat tumbak sewu untuk mengusir roh-roh jahat agar tidak mengganggu bayi. Kapuk merupakan buah dari pohon Randu. Kapuk bagi masyarakat jawa sangat penting karena kapuk adalah bahan utama pengisi kasur dan bantal yang sering mereka gunakan untuk tidur.
Dari sini dapat kita lihat bahwa orang-orang Jawa erat hubungannya dengan alam sekitar dengan memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan disekitar untuk mencukupi kebutuhan. Selain itu dapat dilihat juga bahwa orang Jawa membuat jamu atau ramuan-ramuan tradisional untuk mengobati penyakit-penyakit. Penggunann bawang dan godhong kelor selain sebagai obat tetapi sebagai syarat ritual menunjukan bahwa orang jawa memang mempunyai sifat religious dan percaya pada hal yang magis.



2)      Hubungannya dengan sesama manusia
Unen-unen kosok balen mengugkapkan maksud secara tidak langsung kepada lawan bicara. Makna yang sebenarnya disiratkan pada suatu hal lain yang berlawanan. Dari karakteristik unen-unen kosok balen ini dapat dilihat bahwa penutur bahasa Jawa menjunjung tinggi etika, rasa dan estetika dalam berkomunikasi dengan orang lain. Etika berbicara selalu dijaga dengan menyampaikan sesuatu secara tidak langsung agar tidak menyakiti perasaan orang lain. Melalui dibentuknya unen-unen ini terlihat pula bahwa orang Jawa mempunyai nilai estetika yang dipelihara.

3.      Penutup
Berdasarkan hasil analisis unen-unen kosok balen bahasa Jawa dapat disimpulkan bahwa:
a.       Unen-unen kosok balen bahasa Jawa disusun dari dua unsur yaitu unsur pertama yang berupa adjektiva dan unsur kedua berupa nomina atau frasa nomina. yang mempunyai komponen penentu sifat dan unsur kedua yang mempunyai komponen-komponen pembawa makna intinya. Unsur pertama adalah adjektiva dan unsur kedua berupa nomina atau frasa nomina.
b.      Makna pada unen-unen kosok balen terbentuk karena ada dua unsur penyusun yaitu unsur pertama berupa adjektiva yang mempunyai komponen penentu sifat dan unsur kedua yaitu berupa nomina yang mempunyai komponen-komponen pembawa makna intinya. Sehingga komponen penentu sifat pada unsur pertama akan menentukan komponen makna mana yang dalam kategori sama (meskipun bertentangan) yang akan menjadi makna inti dari unen-unen kosok balen itu.
c.       Unen-unen kosok balen memberikan gambaran mengenai orang Jawa dalam kaitannya dengan budaya dan pola pikir yang terlihat dalam hubungannya orang Jawa dengan alam sekitar dan hubungan orang Jawa dengan sesama. Orang Jawa adalah orang yang dekat dengan tumbuh-tumbuhan. Kebutuhan hidup, obat-obatan didapat dari tumbuh-tumbuhan. Orang Jawa juga orang yang religious dan percaya dengan magis dapat dilihat dari digunakannya tumbuhan-tumbuhan tertentu yang dipakai sebagai syarat-syarat ritual seperti kelor, bawang, dan kencur sebagai salah satu unsur penyusun unen-unen kosok balen. Tercermin dalam unen-unen kosok balen bahwa orang Jawa sangat menjaga etika dan rasa dalam berbicara dengan sesame. Orang Jawa cenderung tidak mengatakan secara terus terang dalam menyampaikan maksud yang membuat perasaan tidak enak. Yang terakhir adalah bahwa orang Jawa adalah orang yang menjaga nilai estetika juga tercermin dengan dibentuknya unen-unen ini.
4.      Daftar Pustaka
Duranti, Alesandro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge      University Press.
Foley, William A. 1997. Anthropological Linguistics: An Introduction. Oxford:             Blackwell Published.
Kapplan, David dan Albert A. Manner. 1999. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka       Pelajar.
Madjid, Hilda Izzati. 2010. “Sistem Pengetahuan Teknologi Kenelayanan Masyarakat        Nelayan Puger yang Tercermin Dalam Satuan Lingual Bahasa Jawa Alat       Transportasi Melaut dan Alat Tangkap: Sebuah Kajian Etnolinguistik’. Tesis.             Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Maulana F., Angger dan M. Abi Tofani. tanpa tahun. Buku Pinter Kawruh Basa Jawa             Pepak. Surabaya: Nidya Pustaka
                  Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. Antropologi Linguistik, Linguistik                                          Antropologi. Medan: Penerbit Poda.
                 Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik. Yogyakarta: Tiara Wacana.
     Syarifuddin. 2008. ‘Mantra Orang Bajo: Cerminan Pikiran Kolektif Orang Bajo di        Sumbawa’. Desertasi Yogyakarta. Program Pascasarjana Universitas Gadjah     Mada.
                 Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta. 2001. Kamus Bahasa Jawa. Yogyakarta:                               Kanisius






Tidak ada komentar:

Posting Komentar