Mutiara

Rabu, 27 April 2016

BAHASA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH

BAHASA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH

Untuk melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara cermat dan teratur. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi siapa saja yang sedang melakukan kegiatan ilmiah. Tanpa kita menguasai hal ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tidak dapat dilakukan.
Perbedaan utama antara manusia dan binatang adalah terletak pada "kemampuan manusia untuk mengambil jalan melingkar" dalam mencapai tujuannya. Seluruh pikiran binatang dipenuhi oleh kebutuhan yang menyebabkan mereka secara langsung mencari obyek yang diinginkannya atau membuang benda yang dianggap menghalanginya.
Dengan demikian, sering kita melihat seekor monyet yang menjangkau secara sia-sia benda yang dia inginkan. Sedangkan manusia, yang paling primitif sekali pun, sudah tahu bagaimana cara menggunakan bandringan, laso, atau melempar dengan batu. Manusia sering disebut sebagai Homo Faber (makhluk yang membuat alat); dan kemampuannya "membuat alat" itu dimungkinkan oleh pengetahuan. Sedangkan berkembangnya pengetahuan tersebut membutuhkan alat-alat.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan "alat yang dapat membantu kegiatan ilmiah" dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu, diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah, maka sebelum kita mengkaji sarana-sarana berpikir ilmiah ini, seyogyanga kita sudah mengetahui (menguasai) langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut. Dengan jalan ini, maka kita akan sampai pada hakikat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat yang dapat membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Atau dengan kata lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitannya dengan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana berpikir ilmiah ini, dalam proses pendidikan kita, merupakan bidang studi tersendiri. Artinya, kita mempelajari sarana berpikir ilmiah ini seperti kita mempelajari berbagai cabang ilmu. Dalam hal ini, kita harus memperhatikan dua hal, yakni:
  1. Pertama, sarana ilmiah "bukan merupakan ilmu", dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan "kumpulan pengetahuan" yang bisa kita dapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti kita ketahui, bahwa salah satu karakteristik dalam ilmu, misalnya, adalah penggunaan berpikir induktif dan deduktif untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih tuntas, dapat dikatakan bahwa sarana berpikir ilmiah mempunyai "metode tersendiri" dalam mendapatkan pengetahuannya, yang berbeda dengan metode ilmiah.
  2. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah "untuk memungkinkan kita dalam melakukan penelaahan ilmiah secara lebih baik". Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan "untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari".
Dalam hal ini, maka sarana berpikir ilmiah merupakan "alat bagi cabang-cabang pengetahuan" untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah. Atau secara lebih sederhana, sarana berpikir ilmiah ini merupakan "alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik". Jelaslah sekarang, kiranya mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri, yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab salah satu fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah bukan merupakan ilmu itu sendiri. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka kita membutuhkan sarana yang berupa salah satunya adalah bahasa.
Apa Itu Bahasa?
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berfikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berfikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran kepada orang lain. Animal Symbolicum Makhluk yang mempergunakan simbol, yang secara generik mempunyai cakupan yang lebih luas daripada Homo Sapien yakni makhluk yang berpikir, sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia mempergunakan simbol
Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana objek objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol - simbol bahasa yang bersifat abstrak. Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. Demikian juga dengan bahasa memberikan kemampuan untuk berpikir secara teratur dan sistematis.
Bahasa dicirikan sebagai serangkaian bunyi manusia mempergunakan bunyi sebagai alat komunikasi yang paling utama (Komunikasi Verbal) Kedua, bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu Manusia mengumpulkan lambang2 ini dan menyusun apa yang kita kenal sebagai pembendaharaan kata kata Pembedaharaan kata ini merupakan akumulasi pengalaman dan pemikiran manusia. Inilah penyebab bahasa terus berkembang masyarakat yang berkomunikasi dengan menggunakan komunikasi verbal disebut juga dengan masyarakat verbal. Adanya lambang memungkinkan manusia belajar dan berpikir lebih baik.
Bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Ada dua jenis komunikasi yaitu komunikasi ilmiah dan komunikasi estetik. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan sehingga bahasa yang digunakan harus jauh dari unsur emotif sehingga menjadi jelas. Berbahasa dengan jelas dimaksudkan untuk mencegah kesalah pahaman dan mencegah pemberian makna lain pada apa yang diungkapkan secara tersurat. Dalam hal ini, penguasaan bahasa juga menjadi syarat penting bagi suatu komunikasi ilmiah yang benar. Berbeda dengan komunikasi estetik, komunikasi yang digunakan cenderung banyak mengandung unsur emotif untuk tujuan keindahan.
Kelemahan Bahasa Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah
Bahasa adalah bersifat kabur,majemuk, dan emosional. Bahasa bersifat kabur maksudnya arti yang tidak jelas dan tidak eksak  yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa. Bahasa bersifat majemuk maksudnya mempnyai makna lebih dari satu atau beberapa kata yang memberikan makna yang sama. Bahasa bersifat emosional maksudnya bahasa tidak bisa lepas dari kaitan emotif dan efektif. Untuk menutupi semua kelemahan bahasa ini, dalam berpikir ilmiah dibutuhkan sarana lain seperti matematika, logika dan statistik.

DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: CAPS
Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press
Suriasumantri, Jujun.S. 2003. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.Jakarta: Pustaka Sinar       Harapan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar