SIKAP DAN PERILAKU PENCINTA K-POP
Oleh: Dwi Puji Lestari
I.
PENDAHULUAN
Era globalisasi memberikan banyak pengaruh pada masyarakat. Konsep
globalisasi menjadikan teknologi dan informasi sebagai sarana untuk mengetahui
dunia luar yang sangat luas. Informasi yang cepat tanpa batas dapat diakses
melalui teknologi yang mudah diakses pada masa ini. Dengan adanya
kemudahan-kemudahan dalam mengakses segala informasi itu, mau tidak mau
masyarakat dunia akan lebih terbuka di berbagai aspek seperti ilmu pengetahuan,
politik, budaya, ilmu pengetahuan,
ekonomi, dan sosial.
Pengaruh dari negara-negara lain masuk ke Indonesia mulai dari
kemajuan teknologi, komunikasi, perekonomian, serta budaya. Contoh yang sangat
dekat dengan anak muda adalah mengenai perubahan gaya hidup yang cenderung
meniru budaya dari negara lain. Budaya negara lain yang saat ini yang merambah
dunia anak muda adalah budaya Korea. Karena kemajuan teknologi dan informasi,
budaya korea itu masuk dan mempengaruhi anak muda dengan sangat cepat. Apalagi
dengan adanya drama korea yang popular dan grup-grup musik yang tak kalah
popular dikalangan remaja yang dapat dengan mudah diakses melalui gadget dan
media lainnya. Maraknya budaya korea dikalangan anak muda ini disebut dengan
istilah Hallyu, dan K-Pop merupakan salah satu genre musik korea yang
sangat digandrungi anak muda.
Adanya Hallyu ini memunculkan para pecinta budaya Korea dan
membentuk komunitas atau kelompok yang disebut Korea Lovers. Komunitas
atau kelompok itu tidak hanya di satu
negara saja namun ada di setiap negara. Mereka bergabung dan saling
berinteraksi melalui media sosial seperti facebook, twitter, website dan media
lainnya bahkan ada yang bertemu langsung dalam suatu acara. Anggota yang
terdaftar dalam komunitas itu akan saling terhubung satu sama lain, bahkan
saling berinteraksi secara lansung melalui acara-acara yang diadakannya
pada saat gathering. Dalam komunitas itu terdapat fandom yang
mempunyai nama yang unik dan cerita dibaliknya. Setiap grup musik yang
digandrungi mempunyai fans sendiri dengan nama komuniats dan identitas
yang unik. Seperti misalnya fandom TVXQ (Cassiopeia), fandom Super
Junior (ELF), fandom SNSD (SONE), fandom Shinee (Shawol) dan fandom
BigBang (V.I.P). Selain nama terdapat juga symbol-simbol dan warna yang
menjadi ciri khas masing-masing fandom itu.
Dalam
komunitas-komunitas penggemar itu terdapat sekelompok manusia yang saling
berinteraksi satu sama lain. Interaksi terjadi tidak hanya antar satu atau dua
orang saja melainkan melibatkan banyak orang. Dalam kelompok penggemar itu
terdapat nilai kebersamaan yang ditunjukan dengan adanya identitas dan symbol
yang menandakan suatu bentuk kesatuan. Dalam mencapai tujuan kelompok itu pasti
ada interaksi diantara anggota-anggota nya sehingga akan menunjukan sikap-sikap
dan perbuatan-perbuatan tertentu. Untuk itu adanya kelompok-kelompok pasti akan
menimbulkan bentuk sikap dan perbuatan orang-orang yang terlibat dalam kelompok
itu.
II.
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian mengenai penggemar K-Pop telah dilakukan sebelumnya oleh
Erin Wahyuastri dan Ali Imron dari Universitas Negeri Surabaya mengenai
pola-pola interaksi simbolik pada pecinta K-POP di komunitas Korean Lovers di
Surabaya (KLOSS). Dalam kajian itu dibahas mengenai interaksi simbolik yang
terjadi antar penggemar K-POP baik antar sesama newbie atau antar sesame
pro dan antara Pro dengan newbie
dengan menggunakan pendekatan interaksi simbolik. Teori interaksionisme
simbolik yang digunakan yaitu verbal dan non verbal sehingga ditemukan
pola-pola interaksi: jika K-Popers pro bertemu dengan sesam K-Popers pro dalam
satu fandom maka symbol atau gesture yang ditunujukan adalah biasa saja,
jika K-Popers newbie bertemu dengan K-Popers pro maka K-Popers newbie
cenderung untuk lebih mendekati dan mengenal lebih jauh untuk mendapatkan
berita atau gossip terbaru tentang K-Pop atau idolanya. Berbeda jika K-Popers
pro bertemu dengan K-Popers newbie yang cenderung cuwek dan tidak
merespon karena newbie dianggap tidak serius. Disinilah menurut
penelitian itu bahwa terjadi ketidak seimbangan pada pola interaksi antar newbie
dengan pro ataupun sebaliknya.
Penelitian lain mengenai K-Pop dilakukan oleh Meivita Ika Nursanti
dari Universitas Diponegoro Semarang mengenai penciptaan makna dan
produktivitas atas perilaku konsumtif yang dilakukan penggemar. Hasil
penelitian menunjukan bahwa perilaku konsumsi informan sebagai penggemar K-Pop
didasari oleh motif kepuasan untuk memenuhi kebutuhan afeksi dan emosi.
Pemaknaan yang dilakukan oleh penggemar tidak hanya dilakukan secara individu
melainkan juga secara kolektif yaitu dengan membuat teks budaya seperti fan
fiction dan fan art. Jadi menurut penelitian itu,motif dibalik
konsumsi dan produksi teks itu adalah selain sebagai bentuk respon atas bentuk
teks yang ada di media massa juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan afeksi dan
emosi sebagai penggemar.
Jika penelitian pertama mengkaji tentang interaksi simbolis pada
penggemar K-Pop dan peneliti kedua mengkaji tentang penciptaan makna dan produktivitas
penggemar K-Pop maka dalam esai ini akan mengkaji K-Pop dari sudut pandang psikologi sosial yang terdapat pada para
penggemar K-Pop sehingga dapat mengetahui bentuk-bentuk sikap dan perilaku yang
dilakukan oleh para penggemar K-Pop.
III.
PROBLEMATIK
Karena era globalisasi masyarakat menjadi sangat terbuka akan
berbagai informasi dari luar negeri. Termasuk K-Pop adalah salah satu dari
sekian banyak pengaruh yang masuk di kehidupan anak muda saat ini. Adanya
industri music K-Pop tidak hanya mengenalkan musik kepada audiens tetapi juga
mengenalkan budaya melalui gaya rambut, fashion, make up dan tarian. Adanya
K-Pop juga menyebabkan menjamurnya fans hingga membentuk suatu
kelompok-kelompok fans tertentu. Untuk itu ada beberapa permasalahan
yang akan dikaji dalam kajian ini diantaranya:
1.
Apakah
adanya K-Pop dengan kelompok-kelompok
penggemarya itu mempengaruhi sikap penggemarnya?
2.
Apakah
bentuk sikap dan perbuatan itu?
3.
Apakah
sikap para penggemar K-Pop konsisten dengan perilakunya?
IV.
LANDASAN TEORI
Sebelum bersikap,
seseorang menggunakan perasaan dan pikirannya dalam melihat kenyataan
dilingkungan sekitar. Menurut Fishbein& Ajzen dalam Faturachman (2006:43)
sikap adalah organisasi yang relative menetap dari perasaan-perasaan,
keyakinan-keyakinan dan kecenderungan perilaku terhadap orang lain, kelompok,
ide-ide atau obyek-obyek tertentu. Seseorang yang berada dalam suatu situasi
tertentu ataupun kelompok tertentu akan mempunyai rasa dan keyakinan dalam
berperilaku terhadap orang lain atau kelompok. Dapat dismpulkan bahwa, ada tiga
hal yang terkandung dalam sikap yaitu perasaan, keyakinan dan perilaku.
Perasaan yang
dimilki seseorang akan suatu obyek bisa positif dan bisa juga negative.
Sedangkan perasaan itu sendiri bisa diungkapkan secara verbal dan non verbal.
Pengungkapan perasaan secara verbal misalnya berupa perkataan yang berupa
pujian, kekaguman, dan penghargaan. Perasaan yang diungkapkan dengan
gesture-gesture dan ekspresi tertentu misalnya senyuman, mata yang melebar,
rona muka yang cerah merupakan bentuk perasaan yang non-verbal. Keyakinan akan
suatu hal bisa berupa sebuah opini mengenai suatu kenyataan. Sehingga bisa
dikatakan bahwa respon kognitif merupakan ekspresi dari keyakinan
(Ajzen&Fisbein: 1975).
Selain ada
sikap dalam merespon suatu fenomena, ada juga yang disebut dengan perilaku.
Setelah seseorang mempunyai sikap tertentu akan suatu hal, bisa jadi akan
muncul perilaku-perilaku atas sikapnya itu. Perilaku yang ditimbulkan bisa
sejalan dengan sikap bisa juga berlawanan dengan sikapnya. Menurut Fishbein&Azein
dalam Faturochman (2006:50), antara sikap dan perbuatan terdapat satu faktor
psikologis lain yang harus ada agar keduanya konsisten, yaitu niat. Tanpa ada
niat suatu perbuatan tidak akan muncul meskipun ada sikap yang sangat kuat.
Misalnya saja seseorang sangat setuju dan bersikap positif tentang kebersihan
lingkungan, namun orang itu belum tentu mau berpartisipasi dalam menjaga
kebersihan seperti buang sampah pada tempatnya.
Menurut
Faturachman ada beberapa factor yang mempengaruhi hubungan antara sikap dan
niat itu bisa serasal dari diri sendiri atau pun dari luar. Faktor dari dalam
diri misalnya karakteristik atau kecenderungan seseorang itu sendiri misalnya,
ada orang yang cenderung konsisten dengan sikap dan perilakunya ada juga yang tidak.
Lalu factor luar yang mempengaruhinya misalnya tekanan-tekanan sosial, faktor
lingkungan dll.
Menurut
Worchel&Cooper dalam Faturochman (2006:51) ada kondisi-kondisi dimana sikap
dan perilaku bisa konsisten. Kondisi-kondisi itu adalah 1) Spesifikasi sikap
dan perilaku, sering terjadi pengukuran sikap terhadap suatu objek atau topik
yang spesifik dikenakan untuk memprediksi secara obyek secara luas. 2) Relevansi
sikap terhadap perilaku. Kejelasan relevensi antara sikap dan perilaku sangat
penting. Jika relevensi antara keduanya itu rendah atau bahkan tidak ada
menjadikan penyebab ketidak konsistenan antara sikap dan perilaku 3) Tekanan
normative. Sikap yang positif terhadap pengguguran akan terhambat muncul dalam
masyarakat karena dianggap menyimpang dari norma. Dilain pihak, pengguguran
dapat diprediksikan tidak akan menghambat munculnya perilaku itu. 4)
Pengalaman. Orang yang terlibat dalam suatu pengalaman tertentu akan lebih
memahami segala persoalan. Dengan begitu, ia akan mengambil sikap yang paling sesuai
dengan keadaanya.
Komunitas
penggemar K-Pop merupakan suatu bentuk nyata dari sebuah kelompok. Kelompok
menurut Sears dkk (1994:107), kelompok adalah agregat sosial di mana
anggota-anggotanya saling tergantung dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk
melakukan interaksi satu sama lain. Bentuk ketergantungan yang ada dalam sebuah
komunitas bisa berupa informasi yang beredar didalamnya. Suatu kelompok juga
mempunyai tujuan tertentu sehinggga didalamnya ada perilaku-perilaku dalam
kelompok seperti adanya peran sosial, kekompakan,komunikasi dan kepemimpinan.
Dalam suatu
kelompok terdapat peranan-peranan yang mempunyai pembagian kerja tersendiri.
Menurut Sears dkk (1994:108) seperangkat aturan dan pemahaman tentang tindakan
yang diharapkan orang yang menempati suatu posisi, apa tanggung jawabnya dan
sebagainya adalah peranan sosial. dalam hal ini suatu individu dalam suatu
kelompok harus melakukan penyesuaian diri didalam kelompoknya. Menurut beliau
suatu bentuk penyesuain diri perlu dilakukan karena pertama, perilaku itu
memberikan informasi yang bermanfaat dan yang kedua, penyesuaian diri dilakukan
karena ingin diterima dan menghindari celaan.
Ikatan antar
anggota dalam suatu kelompok biasanya sangat kuat dan menetap. Hal itu terjadi
karena adanya sebuah kekompakan. Menurut Festinger dalam Sears dkk (1994: 109)
kekompakan mengacu pada kekuatan baik positif maupun negative yang menyebabkan
para anggota menetap dalam suatu kelompok. Dikemukakan juga faktor-faktor yang
mempengaruhi kekompakan, diantaranya 1) daya tarik antarpribadi, 2) tujuan
instrumental kelompok itu, 3) interaksi yang selaras dan serasi.
Sikap dan
perilaku tercakup dalam pembahasan psikologi sosial dalam ilmu sosiologi.
Menurut Faturochman (2006), psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
perilaku individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial. Sarwono
(2000:3) ada tiga wilayah studi
psikologi sosial; 1) studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individual,
2) studi tentang proses-proses individual bersama seperti bahasa dan sikap
sosial, 3) studi tentang interaksi kelompok misalnya: kepemimpinan, komunikasi,
hubungan kekuasaan, otoriter, konformitas,
kerjasama, persaingan, peran, dsb.
Definisi lain mengenai psikologi
sosial diungkapkan oleh Sears (1994), psikologi sosial adalah
ilmu yang berusaha secara sistematis untuk memahami perilaku sosial, mengenai;
1) bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi sosial, 2) bagaimana orang
lain bereaksi terhadap kita dan 3) bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi
sosial.
V.
KERANGKA TEORI
Maraknya musik pop Korea dikalangan anak muda membuat sebuah tren
tersendiri dikalangan mereka. Musik pop yang terdiri dari group-group musik dan
solo itu tersebar dan menyentuh kalangan remaja secara luas berkat kecanggihan
teknologi dan informasi yang ada saat ini. Mereka dapat dengan mudah mengakses
dan mengikuti terkait musik korea dan informasi mengenainya. Sehingga budaya
baru yang disebarkan melalui K-Pop dapat dengan mudah terserap pada kalangan
remaja sehingga timbul berbagai respon.
Respon yang
diberikan pada maraknya K-Pop itu diantaranya dengan adanya fans-fans hingga
dibentuknya suatu komunitas para percinta. Dengan adanya respon tersebut dapat
menentukan sikap pada remaja. Bisa saja mereka sangat menerima hadirnya mereka
diantara pop Indonesia dan ada juga merkeka yang sangat tidak menerima
kehadiran K-Pop. Melalui indra penglihatan dan perasaan mereka, mereka melihat
bahwa K-Pop telah mewarnai dunia hiburan saat ini dan yakin bahwa K-Pop jika
dibandingkan dengan Indonesian pop adalah lebih baik dan kreatif. Oleh karena
itu sikap yang mereka punya mengenai K-Pop pada akhirnya akan merujuk pada
perbuatan yang mereka lakukan.
Seseorang yang
mengidolakan idolanya akan cenderung bersikap memberikan dukungan positif
kepada idolanya dengan berperilaku layaknya fans sejati yaitu misalnya
dengan mengkoleksi semua tentang idola, mengikuti perkembangan berita
tentangnya, berusaha bertemu dibeberapa kesempatan, menirukan gaya-gaya yang
ditampilkannya secara fisik, memiliki segala aksesoris yang dipakai oeh
idolanya. Perilaku seperti itulah yang idealnya dimiliki oleh fans.
VI.
PENDEKATAN METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif
analisis. Metode deskriptif analisis ini dilakukan dengan cara
mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analsis. Data yang diperoleh seperti analisis dokumen
tidak dituangkan dalam angka namun disajikan dalam bentuk uraian naratif.
Dokumen bahan penelitian didapat secara langsung melalui wawancara. . Penulis
menggunakan teknik studi pustaka. Studi atau kajian pustaka meliputi
pengidentifikasian secara sitematis, penemuan, dan analisis dokumen-dokumen
yang memuat informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian (Gay, 1976)
dikutip di dalam (Sevilla, dkk., 1993).
Penulis juga menggunakan data
sekunder yang didapat dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Dari data sekunder yang diperoleh, penulis kemudian mempelajari dan melihat kenyataan
yang terjadi disekitarnya. Penulis menggunakan penelitian-penelitian sebelumnya
sebagai kajian pustaka. Penulis mempelajari penelitian-penelitian sebelumnya
kemudian dengan tema yang sama, penulis mencoba menambahkan permasalahan baru
dari sudut pandang yang berbeda untuk dikaji.
VII.
DESKRIPSI FAKTUAL
Adanya sikap
positif terhadap apa yang digemari oleh seseorang merupakan suatu hal yang
telah melalui proses pemikiran dan pembentukan opini serta keyakinan terhadap
apa yang digemarinya. Ini semua dapat dilihat karena orang yang mempunyai sikap
tertentu akan kegemarannya dapat memberikan alasan tertentu mengapa
menggemarinya. Sehingga jelas bahwa sebelum bersikap, seseorang itu telah
berfikir dan membentuk opini dan keyakinan akan obyek sasaran. Hal ini seperti
yang dijelaskan oleh Fishbein & Ajzen mengenai unsure-unsur yang membentuk
sikap yaitu perasaan, pemikiran atau keyakinan-keyakinan serta kecenderungan
terhadap orang lain, kelompok, ide ataupun obyek.
Ada berbagai
perilaku yang ditunjukan oleh para penngemar K-Pop. Perilaku yang ditunjukan
ini tak lain timbul bukan hanya karena semata-ata sikap yang dimilikinya
melainkan karena faktor lain dari dalam atau niat serta faktor-faktor dari
luar. Menurut
Fishbein&Azein dalam Faturochman (2006), antara sikap dan perbuatan
terdapat satu faktor psikologis lain yang harus ada agar keduanya konsisten,
yaitu niat. Lalu ada juga karena faktor-faktor lain seperti faktor dalam diri
sendiri dan juga faktor dari luar yang mempengaruhinya.
Perilaku yang ditunjukan oleh para
anggota suatu komunitas atau kelompok
mendapatkan pengaruh yang sangat besar dari komunitas itu sendiri. Suatu
kelompok mempunyai kekuatan untuk mengikat anggotanya untuk tetap menetap.
Seperti yang dikatakan Seans dkk (1994:107), kelompok adalah agregat sosial di
mana anggota-anggotanya saling tergantung dan setidak-tidaknya memiliki potensi
untuk melakukan interaksi satu sama lain. Sehingga interaksi dalam kelompok
itulah yang membuat anggota kelompok menjadi saling tergantung dan terpengaruh
dengan anggota lainnya dan membentuk suatu pola perilaku tertentu.
VIII.
PENJELASAN DAN TAFSIR
Ada sepuluh orang penggemar K-Pop yang diwawancarai. Dari kesepuluh
orang itu mempunyai kegemaran masing-masing, ada yang suka dengan SNSD, G
Dragon,Big Bang, Super Junior, EXO, dan Shinee. Mereka sangat menggemari
grup-grup musik itu mulai dari daya tarik fisiknya: grup cewek nya
cantik-cantik dan grup yang cowok beranggotakan sosok yang ganteng-ganteng.
Selain itu, fashion, aksesoris yang mereka pakai juga bagus-bagus serta make up
dan style mereka fresh dan baru. Selain karena daya tarik fisik itu, alasan
lain menggemarinya adalah karena penampilan mereka yang sangat total baik dari
segi kualitas suara, tariannya, aransemen lagunya, hingga lagu nya itu sendiri.
Penggemar K-Pop
itu mempunyai pandangan tersendiri mengenai apa yang digemarinya. Mereka
mempunyai pendapat tersendiri serta keyakinan dan rasa tersendiri akan
kesukaannya itu sehingga munculah apa yang disebut sebagai penyebab mengapa
suka dengan grup-grup musik itu. Dalam hal ini, ternyata tidak ada hal yang
tanpa melalui proses pemikiran terlebih dahulu. Para penggemar itu mempunyai
sikap setelah sebelumnya melalui proses pemikiran yang ada diotaknya. Ternyata
apa yang dikatakan oleh Fishbein& Ajzen mengenai apa yang disebut
dengan sikap serta unsur-unsur pembentuk sikap, bahwa sikap merupakan sesuatu
yang telah melalui perasaan-perasaan, keyakinan-keyakinan dan kecenderungan
terhaap obyek-obyek. Oleh karena itu benar adanya jika keberadaan K-Pop yang
menyebar saat ini sangat mempengaruhi sikap seseorang.
Sikap-sikap
penggemar K-Pop yang positif terhadap apa yang digemarinya ternyata menimbulkan
pola perilaku-perilaku. Perilaku yang ditunjukan diantaranya adalah perilaku
positif; menirukan fashion dan gaya rambut sang idola, mengkoleksi
aksesoris tiruan seperti yang dimiliki idolanya, mengkoleksi foto dan poster,
ikut dalam komunitas atau grup-grup dalam sosial media selalu mengikuti berita
mengenai idola, membuat grup modern dance sendiri, download lagu dan video
klipnya, menonton drama yang dibintangi idolanya, selalu mendengarkan dan
menyanyikan lagu favoritnya, bahkan ada yang selalu berangan-angan untuk
menjadi kekasihnya. Selain itu ada juga yang cenderung berperilaku negatif
yaitu suka namun menunjukan perbuatan yang biasa saja tidak seperti fans lainnya;
tidak mengkoleksi foto-fotonya, tidak membeli aksesorisnya, dan tidak
menyanyikannya. Yang mempunyai perbuatan negatif ini ternyata tidak pernah
masuk ke dalam komunitas penggemar ataupun grup grup di media sosial. Sehingga
keberadaan komunitas ternyata mempengaruhi pembentukan perbuatan seorang
penggemar. Seorang penggemar yang sering berinteraksi dengan sesama anggota di
komunitas itu cenderung terpengaruh misalnya kepemilikan kaos dengan warna-warna
tertentu sesuai identitas masing-masing komunitas, menonton konser secara
langsung dengan menunjukan identitas dan euforianya, hingga mengikuti gathering
yang rutin dilakukan.
Dari
deskripsi perbuatan diatas ternyata dapat diketahui bahwa beberapa penggemar
memiliki perbuatan yang tidak sinkron
dengan sikapnya. Beberapa diantaranya menunjukan sikap yang positif terhadap
grup-grup musik tertentu namun tidak menunjukan perbuatan yang menunjukan
sikapnya. Mereka memilih untuk negatif karena mereka mempunyai alasan
tersendiri misalnya karena keterbatasan waktu sehingga tidak mempunyai waktu
untuk berlama-lama menghabiskan waktu mengikuti perkembangan beritanya, karena
keterbatasan materi sehingga tidak bisa selalu menonton konsernya dan memiliki
aksesoris serta identitas mereka, dan karena kesadaran faktor usia
sehinggamenurut mereka sudah tidak pantas lagi mengikuti euforia kegemaran yang
seperti itu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar sikap dan perilaku itu
tidak selalu konsisten. Ketidak konsistenan itu kebanyakan dipengaruhi oleh
beberapa faktor-faktor dari luar seperti keterbatasan waktu, materi dan usia.
IX.
KESIMPULAN
Budaya K-Pop yang menyebar dikalangan remaja telah mau tidak mau
mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Bagi yang tergolong sebagai penggemar,
sikap positif merupakan sikap yang menerima dan menyadari keberadaan budaya
K-Pop sehingga terdapat sebuah opini dan keyakinan serta perasaan tertentu akan
K-Pop itu sendiri. Setiap sikap yang positif tidak selalu mempunyai perilaku
yang positif pula. Ada yang memilih untuk berperilaku negative dalam hal ini
adalah tidak sesuai dengan sikapnya. Jenis perilaku yang ditunjukan baik
perilaku yag positif maupun yang negatif itu dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti keterbatasan waktu, materi dan
usia.
DAFTAR PUSTAKA
Faiturachman. 2006. Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka.
Nisbet,
Robert. A. 1970. The Social Bond: An Introduction to the Study of Society. New
York: Alfred.A. Knopf.
Nursanti,
Meivita Ika.2013. Analisis Deskriptif Penggemar K-Pop Sebagai Audiens Media dalam Mengonsumsi dan Memaknai Teks
Budaya. n.d [online]. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=64261&val=4687
Sarwono,
Sarlito Wirawan. 2000. Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sears,
David.O., Jonathan L. Freedman., & L, Anne Peplar. 1994. Psikologi
Sosial. Jakarta: Erlangga.
Sevilla,
Consuelo G., Ochave, Jesus A., Punsaran, Teita G., Regala, Bella P., Uriarte,
Gabriel G. (1993) Pengantar Metode
Penelitian, Jakarta, UI Presss.
Wahyuestri,
Erin. 2014. Pola Interaksi Simbolik Pecinta K-Pop.n.d. [online]. http://ejournal.unesa.ac.id/article/9398/39/article.pdf
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar