Mutiara

Rabu, 27 April 2016

SIKAP DAN PERILAKU PENCINTA K-POP


SIKAP DAN PERILAKU PENCINTA K-POP
Oleh: Dwi Puji Lestari 

I.                   PENDAHULUAN
Era globalisasi memberikan banyak pengaruh pada masyarakat. Konsep globalisasi menjadikan teknologi dan informasi sebagai sarana untuk mengetahui dunia luar yang sangat luas. Informasi yang cepat tanpa batas dapat diakses melalui teknologi yang mudah diakses pada masa ini. Dengan adanya kemudahan-kemudahan dalam mengakses segala informasi itu, mau tidak mau masyarakat dunia akan lebih terbuka di berbagai aspek seperti ilmu pengetahuan, politik,  budaya, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan sosial.
Pengaruh dari negara-negara lain masuk ke Indonesia mulai dari kemajuan teknologi, komunikasi, perekonomian, serta budaya. Contoh yang sangat dekat dengan anak muda adalah mengenai perubahan gaya hidup yang cenderung meniru budaya dari negara lain. Budaya negara lain yang saat ini yang merambah dunia anak muda adalah budaya Korea. Karena kemajuan teknologi dan informasi, budaya korea itu masuk dan mempengaruhi anak muda dengan sangat cepat. Apalagi dengan adanya drama korea yang popular dan grup-grup musik yang tak kalah popular dikalangan remaja yang dapat dengan mudah diakses melalui gadget dan media lainnya. Maraknya budaya korea dikalangan anak muda ini disebut dengan istilah Hallyu, dan K-Pop merupakan salah satu genre musik korea yang sangat digandrungi anak muda.
Adanya Hallyu ini memunculkan para pecinta budaya Korea dan membentuk komunitas atau kelompok yang disebut Korea Lovers. Komunitas atau kelompok  itu tidak hanya di satu negara saja namun ada di setiap negara. Mereka bergabung dan saling berinteraksi melalui media sosial seperti facebook, twitter, website dan media lainnya bahkan ada yang bertemu langsung dalam suatu acara. Anggota yang terdaftar dalam komunitas itu akan saling terhubung satu sama lain, bahkan saling berinteraksi secara lansung melalui acara-acara yang diadakannya pada saat gathering. Dalam komunitas itu terdapat fandom yang mempunyai nama yang unik dan cerita dibaliknya. Setiap grup musik yang digandrungi mempunyai fans sendiri dengan nama komuniats dan identitas yang unik. Seperti misalnya fandom TVXQ (Cassiopeia), fandom Super Junior (ELF), fandom SNSD (SONE), fandom Shinee (Shawol) dan fandom BigBang (V.I.P). Selain nama terdapat juga symbol-simbol dan warna yang menjadi ciri khas masing-masing fandom itu.
            Dalam komunitas-komunitas penggemar itu terdapat sekelompok manusia yang saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi terjadi tidak hanya antar satu atau dua orang saja melainkan melibatkan banyak orang. Dalam kelompok penggemar itu terdapat nilai kebersamaan yang ditunjukan dengan adanya identitas dan symbol yang menandakan suatu bentuk kesatuan. Dalam mencapai tujuan kelompok itu pasti ada interaksi diantara anggota-anggota nya sehingga akan menunjukan sikap-sikap dan perbuatan-perbuatan tertentu. Untuk itu adanya kelompok-kelompok pasti akan menimbulkan bentuk sikap dan perbuatan orang-orang yang terlibat dalam kelompok itu.
II.                KAJIAN PUSTAKA
Penelitian mengenai penggemar K-Pop telah dilakukan sebelumnya oleh Erin Wahyuastri dan Ali Imron dari Universitas Negeri Surabaya mengenai pola-pola interaksi simbolik pada pecinta K-POP di komunitas Korean Lovers di Surabaya (KLOSS). Dalam kajian itu dibahas mengenai interaksi simbolik yang terjadi antar penggemar K-POP baik antar sesama newbie atau antar sesame pro dan antara Pro dengan  newbie dengan menggunakan pendekatan interaksi simbolik. Teori interaksionisme simbolik yang digunakan yaitu verbal dan non verbal sehingga ditemukan pola-pola interaksi: jika K-Popers pro bertemu dengan sesam K-Popers pro dalam satu fandom maka symbol atau gesture yang ditunujukan adalah biasa saja, jika K-Popers newbie bertemu dengan K-Popers pro maka K-Popers newbie cenderung untuk lebih mendekati dan mengenal lebih jauh untuk mendapatkan berita atau gossip terbaru tentang K-Pop atau idolanya. Berbeda jika K-Popers pro bertemu dengan K-Popers newbie yang cenderung cuwek dan tidak merespon karena newbie dianggap tidak serius. Disinilah menurut penelitian itu bahwa terjadi ketidak seimbangan pada pola interaksi antar newbie dengan pro ataupun sebaliknya.
Penelitian lain mengenai K-Pop dilakukan oleh Meivita Ika Nursanti dari Universitas Diponegoro Semarang mengenai penciptaan makna dan produktivitas atas perilaku konsumtif yang dilakukan penggemar. Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku konsumsi informan sebagai penggemar K-Pop didasari oleh motif kepuasan untuk memenuhi kebutuhan afeksi dan emosi. Pemaknaan yang dilakukan oleh penggemar tidak hanya dilakukan secara individu melainkan juga secara kolektif yaitu dengan membuat teks budaya seperti fan fiction dan fan art. Jadi menurut penelitian itu,motif dibalik konsumsi dan produksi teks itu adalah selain sebagai bentuk respon atas bentuk teks yang ada di media massa juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan afeksi dan emosi sebagai penggemar.
Jika penelitian pertama mengkaji tentang interaksi simbolis pada penggemar K-Pop dan peneliti kedua mengkaji tentang penciptaan makna dan produktivitas penggemar K-Pop maka dalam esai ini akan mengkaji K-Pop dari sudut pandang  psikologi sosial yang terdapat pada para penggemar K-Pop sehingga dapat mengetahui bentuk-bentuk sikap dan perilaku yang dilakukan oleh para penggemar K-Pop.


III.             PROBLEMATIK
Karena era globalisasi masyarakat menjadi sangat terbuka akan berbagai informasi dari luar negeri. Termasuk K-Pop adalah salah satu dari sekian banyak pengaruh yang masuk di kehidupan anak muda saat ini. Adanya industri music K-Pop tidak hanya mengenalkan musik kepada audiens tetapi juga mengenalkan budaya melalui gaya rambut, fashion, make up dan tarian. Adanya K-Pop juga menyebabkan menjamurnya fans hingga membentuk suatu kelompok-kelompok fans tertentu. Untuk itu ada beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam kajian ini diantaranya:
1.      Apakah adanya  K-Pop dengan kelompok-kelompok penggemarya itu mempengaruhi sikap penggemarnya?
2.      Apakah bentuk sikap dan perbuatan itu?
3.      Apakah sikap para penggemar K-Pop konsisten dengan perilakunya?

IV.             LANDASAN TEORI
Sebelum bersikap, seseorang menggunakan perasaan dan pikirannya dalam melihat kenyataan dilingkungan sekitar. Menurut Fishbein& Ajzen dalam Faturachman (2006:43) sikap adalah organisasi yang relative menetap dari perasaan-perasaan, keyakinan-keyakinan dan kecenderungan perilaku terhadap orang lain, kelompok, ide-ide atau obyek-obyek tertentu. Seseorang yang berada dalam suatu situasi tertentu ataupun kelompok tertentu akan mempunyai rasa dan keyakinan dalam berperilaku terhadap orang lain atau kelompok. Dapat dismpulkan bahwa, ada tiga hal yang terkandung dalam sikap yaitu perasaan, keyakinan dan perilaku.
Perasaan yang dimilki seseorang akan suatu obyek bisa positif dan bisa juga negative. Sedangkan perasaan itu sendiri bisa diungkapkan secara verbal dan non verbal. Pengungkapan perasaan secara verbal misalnya berupa perkataan yang berupa pujian, kekaguman, dan penghargaan. Perasaan yang diungkapkan dengan gesture-gesture dan ekspresi tertentu misalnya senyuman, mata yang melebar, rona muka yang cerah merupakan bentuk perasaan yang non-verbal. Keyakinan akan suatu hal bisa berupa sebuah opini mengenai suatu kenyataan. Sehingga bisa dikatakan bahwa respon kognitif merupakan ekspresi dari keyakinan (Ajzen&Fisbein: 1975).
Selain ada sikap dalam merespon suatu fenomena, ada juga yang disebut dengan perilaku. Setelah seseorang mempunyai sikap tertentu akan suatu hal, bisa jadi akan muncul perilaku-perilaku atas sikapnya itu. Perilaku yang ditimbulkan bisa sejalan dengan sikap bisa juga berlawanan dengan sikapnya. Menurut Fishbein&Azein dalam Faturochman (2006:50), antara sikap dan perbuatan terdapat satu faktor psikologis lain yang harus ada agar keduanya konsisten, yaitu niat. Tanpa ada niat suatu perbuatan tidak akan muncul meskipun ada sikap yang sangat kuat. Misalnya saja seseorang sangat setuju dan bersikap positif tentang kebersihan lingkungan, namun orang itu belum tentu mau berpartisipasi dalam menjaga kebersihan seperti buang sampah pada tempatnya.
Menurut Faturachman ada beberapa factor yang mempengaruhi hubungan antara sikap dan niat itu bisa serasal dari diri sendiri atau pun dari luar. Faktor dari dalam diri misalnya karakteristik atau kecenderungan seseorang itu sendiri misalnya, ada orang yang cenderung konsisten dengan sikap dan perilakunya ada juga yang tidak. Lalu factor luar yang mempengaruhinya misalnya tekanan-tekanan sosial, faktor lingkungan dll.
Menurut Worchel&Cooper dalam Faturochman (2006:51) ada kondisi-kondisi dimana sikap dan perilaku bisa konsisten. Kondisi-kondisi itu adalah 1) Spesifikasi sikap dan perilaku, sering terjadi pengukuran sikap terhadap suatu objek atau topik yang spesifik dikenakan untuk memprediksi secara obyek secara luas. 2) Relevansi sikap terhadap perilaku. Kejelasan relevensi antara sikap dan perilaku sangat penting. Jika relevensi antara keduanya itu rendah atau bahkan tidak ada menjadikan penyebab ketidak konsistenan antara sikap dan perilaku 3) Tekanan normative. Sikap yang positif terhadap pengguguran akan terhambat muncul dalam masyarakat karena dianggap menyimpang dari norma. Dilain pihak, pengguguran dapat diprediksikan tidak akan menghambat munculnya perilaku itu. 4) Pengalaman. Orang yang terlibat dalam suatu pengalaman tertentu akan lebih memahami segala persoalan. Dengan begitu, ia akan mengambil sikap yang paling sesuai dengan keadaanya.
Komunitas penggemar K-Pop merupakan suatu bentuk nyata dari sebuah kelompok. Kelompok menurut Sears dkk (1994:107), kelompok adalah agregat sosial di mana anggota-anggotanya saling tergantung dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain. Bentuk ketergantungan yang ada dalam sebuah komunitas bisa berupa informasi yang beredar didalamnya. Suatu kelompok juga mempunyai tujuan tertentu sehinggga didalamnya ada perilaku-perilaku dalam kelompok seperti adanya peran sosial, kekompakan,komunikasi dan kepemimpinan.
Dalam suatu kelompok terdapat peranan-peranan yang mempunyai pembagian kerja tersendiri. Menurut Sears dkk (1994:108) seperangkat aturan dan pemahaman tentang tindakan yang diharapkan orang yang menempati suatu posisi, apa tanggung jawabnya dan sebagainya adalah peranan sosial. dalam hal ini suatu individu dalam suatu kelompok harus melakukan penyesuaian diri didalam kelompoknya. Menurut beliau suatu bentuk penyesuain diri perlu dilakukan karena pertama, perilaku itu memberikan informasi yang bermanfaat dan yang kedua, penyesuaian diri dilakukan karena ingin diterima dan menghindari celaan.
Ikatan antar anggota dalam suatu kelompok biasanya sangat kuat dan menetap. Hal itu terjadi karena adanya sebuah kekompakan. Menurut Festinger dalam Sears dkk (1994: 109) kekompakan mengacu pada kekuatan baik positif maupun negative yang menyebabkan para anggota menetap dalam suatu kelompok. Dikemukakan juga faktor-faktor yang mempengaruhi kekompakan, diantaranya 1) daya tarik antarpribadi, 2) tujuan instrumental kelompok itu, 3) interaksi yang selaras dan serasi.
Sikap dan perilaku tercakup dalam pembahasan psikologi sosial dalam ilmu sosiologi. Menurut Faturochman (2006), psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial. Sarwono (2000:3) ada  tiga wilayah studi psikologi sosial; 1) studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individual, 2) studi tentang proses-proses individual bersama seperti bahasa dan sikap sosial, 3) studi tentang interaksi kelompok misalnya: kepemimpinan, komunikasi, hubungan kekuasaan, otoriter, konformitas, kerjasama, persaingan, peran, dsb.
Definisi lain mengenai psikologi sosial diungkapkan oleh  Sears (1994), psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha secara sistematis untuk memahami perilaku sosial, mengenai; 1) bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi sosial, 2) bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita dan 3) bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi sosial.
V.                KERANGKA TEORI
            Maraknya musik pop Korea dikalangan anak muda membuat sebuah tren tersendiri dikalangan mereka. Musik pop yang terdiri dari group-group musik dan solo itu tersebar dan menyentuh kalangan remaja secara luas berkat kecanggihan teknologi dan informasi yang ada saat ini. Mereka dapat dengan mudah mengakses dan mengikuti terkait musik korea dan informasi mengenainya. Sehingga budaya baru yang disebarkan melalui K-Pop dapat dengan mudah terserap pada kalangan remaja sehingga timbul berbagai respon.
            Respon yang diberikan pada maraknya K-Pop itu diantaranya dengan adanya fans-fans hingga dibentuknya suatu komunitas para percinta. Dengan adanya respon tersebut dapat menentukan sikap pada remaja. Bisa saja mereka sangat menerima hadirnya mereka diantara pop Indonesia dan ada juga merkeka yang sangat tidak menerima kehadiran K-Pop. Melalui indra penglihatan dan perasaan mereka, mereka melihat bahwa K-Pop telah mewarnai dunia hiburan saat ini dan yakin bahwa K-Pop jika dibandingkan dengan Indonesian pop adalah lebih baik dan kreatif. Oleh karena itu sikap yang mereka punya mengenai K-Pop pada akhirnya akan merujuk pada perbuatan yang mereka lakukan.
            Seseorang yang mengidolakan idolanya akan cenderung bersikap memberikan dukungan positif kepada idolanya dengan berperilaku layaknya fans sejati yaitu misalnya dengan mengkoleksi semua tentang idola, mengikuti perkembangan berita tentangnya, berusaha bertemu dibeberapa kesempatan, menirukan gaya-gaya yang ditampilkannya secara fisik, memiliki segala aksesoris yang dipakai oeh idolanya. Perilaku seperti itulah yang idealnya dimiliki oleh fans.
VI.             PENDEKATAN METODOLOGI
            Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analsis.  Data yang diperoleh seperti analisis dokumen tidak dituangkan dalam angka namun disajikan dalam bentuk uraian naratif. Dokumen bahan penelitian didapat secara langsung melalui wawancara. . Penulis menggunakan teknik studi pustaka. Studi atau kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara sitematis, penemuan, dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian (Gay, 1976) dikutip di dalam (Sevilla, dkk., 1993).
            Penulis juga menggunakan data sekunder yang didapat dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Dari data sekunder yang diperoleh, penulis kemudian mempelajari dan melihat kenyataan yang terjadi disekitarnya. Penulis menggunakan penelitian-penelitian sebelumnya sebagai kajian pustaka. Penulis mempelajari penelitian-penelitian sebelumnya kemudian dengan tema yang sama, penulis mencoba menambahkan permasalahan baru dari sudut pandang yang berbeda untuk dikaji.
VII.          DESKRIPSI FAKTUAL
            Adanya sikap positif terhadap apa yang digemari oleh seseorang merupakan suatu hal yang telah melalui proses pemikiran dan pembentukan opini serta keyakinan terhadap apa yang digemarinya. Ini semua dapat dilihat karena orang yang mempunyai sikap tertentu akan kegemarannya dapat memberikan alasan tertentu mengapa menggemarinya. Sehingga jelas bahwa sebelum bersikap, seseorang itu telah berfikir dan membentuk opini dan keyakinan akan obyek sasaran. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Fishbein & Ajzen mengenai unsure-unsur yang membentuk sikap yaitu perasaan, pemikiran atau keyakinan-keyakinan serta kecenderungan terhadap orang lain, kelompok, ide ataupun obyek.
            Ada berbagai perilaku yang ditunjukan oleh para penngemar K-Pop. Perilaku yang ditunjukan ini tak lain timbul bukan hanya karena semata-ata sikap yang dimilikinya melainkan karena faktor lain dari dalam atau niat serta faktor-faktor dari luar. Menurut Fishbein&Azein dalam Faturochman (2006), antara sikap dan perbuatan terdapat satu faktor psikologis lain yang harus ada agar keduanya konsisten, yaitu niat. Lalu ada juga karena faktor-faktor lain seperti faktor dalam diri sendiri dan juga faktor dari luar yang mempengaruhinya.
            Perilaku yang ditunjukan oleh para anggota suatu komunitas  atau kelompok mendapatkan pengaruh yang sangat besar dari komunitas itu sendiri. Suatu kelompok mempunyai kekuatan untuk mengikat anggotanya untuk tetap menetap. Seperti yang dikatakan Seans dkk (1994:107), kelompok adalah agregat sosial di mana anggota-anggotanya saling tergantung dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain. Sehingga interaksi dalam kelompok itulah yang membuat anggota kelompok menjadi saling tergantung dan terpengaruh dengan anggota lainnya dan membentuk suatu pola perilaku tertentu.
VIII.       PENJELASAN DAN TAFSIR
            Ada sepuluh orang penggemar K-Pop yang diwawancarai. Dari kesepuluh orang itu mempunyai kegemaran masing-masing, ada yang suka dengan SNSD, G Dragon,Big Bang, Super Junior, EXO, dan Shinee. Mereka sangat menggemari grup-grup musik itu mulai dari daya tarik fisiknya: grup cewek nya cantik-cantik dan grup yang cowok beranggotakan sosok yang ganteng-ganteng. Selain itu, fashion, aksesoris yang mereka pakai juga bagus-bagus serta make up dan style mereka fresh dan baru. Selain karena daya tarik fisik itu, alasan lain menggemarinya adalah karena penampilan mereka yang sangat total baik dari segi kualitas suara, tariannya, aransemen lagunya, hingga lagu nya itu sendiri.
            Penggemar K-Pop itu mempunyai pandangan tersendiri mengenai apa yang digemarinya. Mereka mempunyai pendapat tersendiri serta keyakinan dan rasa tersendiri akan kesukaannya itu sehingga munculah apa yang disebut sebagai penyebab mengapa suka dengan grup-grup musik itu. Dalam hal ini, ternyata tidak ada hal yang tanpa melalui proses pemikiran terlebih dahulu. Para penggemar itu mempunyai sikap setelah sebelumnya melalui proses pemikiran yang ada diotaknya. Ternyata apa yang dikatakan oleh Fishbein& Ajzen mengenai apa yang disebut dengan sikap serta unsur-unsur pembentuk sikap, bahwa sikap merupakan sesuatu yang telah melalui perasaan-perasaan, keyakinan-keyakinan dan kecenderungan terhaap obyek-obyek. Oleh karena itu benar adanya jika keberadaan K-Pop yang menyebar saat ini sangat mempengaruhi sikap seseorang.
            Sikap-sikap penggemar K-Pop yang positif terhadap apa yang digemarinya ternyata menimbulkan pola perilaku-perilaku. Perilaku yang ditunjukan diantaranya adalah perilaku positif; menirukan fashion dan gaya rambut sang idola, mengkoleksi aksesoris tiruan seperti yang dimiliki idolanya, mengkoleksi foto dan poster, ikut dalam komunitas atau grup-grup dalam sosial media selalu mengikuti berita mengenai idola, membuat grup modern dance  sendiri, download lagu dan video klipnya, menonton drama yang dibintangi idolanya, selalu mendengarkan dan menyanyikan lagu favoritnya, bahkan ada yang selalu berangan-angan untuk menjadi kekasihnya. Selain itu ada juga yang cenderung berperilaku negatif yaitu suka namun menunjukan perbuatan yang biasa saja tidak seperti fans lainnya; tidak mengkoleksi foto-fotonya, tidak membeli aksesorisnya, dan tidak menyanyikannya. Yang mempunyai perbuatan negatif ini ternyata tidak pernah masuk ke dalam komunitas penggemar ataupun grup grup di media sosial. Sehingga keberadaan komunitas ternyata mempengaruhi pembentukan perbuatan seorang penggemar. Seorang penggemar yang sering berinteraksi dengan sesama anggota di komunitas itu cenderung terpengaruh misalnya kepemilikan kaos dengan warna-warna tertentu sesuai identitas masing-masing komunitas, menonton konser secara langsung dengan menunjukan identitas dan euforianya, hingga mengikuti gathering yang rutin dilakukan.
                        Dari deskripsi perbuatan diatas ternyata dapat diketahui bahwa beberapa penggemar memiliki  perbuatan yang tidak sinkron dengan sikapnya. Beberapa diantaranya menunjukan sikap yang positif terhadap grup-grup musik tertentu namun tidak menunjukan perbuatan yang menunjukan sikapnya. Mereka memilih untuk negatif karena mereka mempunyai alasan tersendiri misalnya karena keterbatasan waktu sehingga tidak mempunyai waktu untuk berlama-lama menghabiskan waktu mengikuti perkembangan beritanya, karena keterbatasan materi sehingga tidak bisa selalu menonton konsernya dan memiliki aksesoris serta identitas mereka, dan karena kesadaran faktor usia sehinggamenurut mereka sudah tidak pantas lagi mengikuti euforia kegemaran yang seperti itu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar sikap dan perilaku itu tidak selalu konsisten. Ketidak konsistenan itu kebanyakan dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor dari luar seperti keterbatasan waktu, materi dan usia.
IX.             KESIMPULAN
            Budaya K-Pop yang menyebar dikalangan remaja telah mau tidak mau mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Bagi yang tergolong sebagai penggemar, sikap positif merupakan sikap yang menerima dan menyadari keberadaan budaya K-Pop sehingga terdapat sebuah opini dan keyakinan serta perasaan tertentu akan K-Pop itu sendiri. Setiap sikap yang positif tidak selalu mempunyai perilaku yang positif pula. Ada yang memilih untuk berperilaku negative dalam hal ini adalah tidak sesuai dengan sikapnya. Jenis perilaku yang ditunjukan baik perilaku yag positif maupun yang negatif itu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keterbatasan  waktu, materi dan usia.


DAFTAR PUSTAKA
Faiturachman. 2006. Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka.
Nisbet, Robert. A. 1970. The Social Bond: An Introduction to the Study of Society. New York:      Alfred.A. Knopf.
Nursanti, Meivita Ika.2013. Analisis Deskriptif Penggemar K-Pop Sebagai Audiens Media            dalam Mengonsumsi dan Memaknai Teks Budaya. n.d [online].      http://download.portalgaruda.org/article.php?article=64261&val=4687
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2000. Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta: PT. Raja Grafindo   Persada.
Sears, David.O., Jonathan L. Freedman., & L, Anne Peplar. 1994. Psikologi Sosial. Jakarta:          Erlangga.
Sevilla, Consuelo G., Ochave, Jesus A., Punsaran, Teita G., Regala, Bella P., Uriarte, Gabriel G. (1993) Pengantar Metode Penelitian, Jakarta, UI Presss.
Wahyuestri, Erin. 2014. Pola Interaksi Simbolik Pecinta K-Pop.n.d. [online].             http://ejournal.unesa.ac.id/article/9398/39/article.pdf






.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar