SOSIOLINGUISTIK
1.
Perbedaan
pemakaian bahasa pada teks.
a.
Teks
dari majalah Gadis kolom Gaya
Mix and Match: Petite Pakai Maxi
Buat kamu yang bertubuh mungil seperti Ariana Grande, biasanya lebih memilih baju serba mini dan menghindari outfit maxi. Padahal dengan smart mix and match, fashion item maxi akan terlihat keren, lho. Lihat 3 gaya berikut ini!

Pilih bawahan maxi dengan bahan chiffon. Efek transparan akan tetap memperlihatkan siluet kaki tanpa membuatnya seperti “menghilang”. Lebih baik lagi jika memiliki belahan agak tinggi atau high slit. Kakimu akan tetap terlihat, tanpa takut merasa “tenggelam”.
Pilih maxi skirt dengan potongan yang
agak pendek di bagian depan, supaya tidak menutupi kakimu seluruhnya. Satu lagi
jurus ampuh, gunakan wedges untuk “mengangkat” tubuhmu, sehingga kaki akan terlihat
lebih jenjang.
Buat kamu yang bertubuh mungil seperti Ariana Grande, biasanya lebih memilih baju serba mini dan menghindari outfit maxi. Padahal dengan smart mix and match, fashion item maxi akan terlihat keren, lho. Lihat 3 gaya berikut ini!

Pilih bawahan maxi dengan bahan chiffon. Efek transparan akan tetap memperlihatkan siluet kaki tanpa membuatnya seperti “menghilang”. Lebih baik lagi jika memiliki belahan agak tinggi atau high slit. Kakimu akan tetap terlihat, tanpa takut merasa “tenggelam”.


Pencil
maxi skirt merupakan salah satu item yang bisa “memanjangkan” kakimu.
Pilihlah yang berbahan kaos dan agak stretch. Pencil skirt akan memberikan
sophisticated effect pada look-mu dan pastinya elongate your legs!
http://www.gadis.co.id/gaya/keren/mix.and.match.petite.pakai.maxi/001/002/965
http://www.gadis.co.id/gaya/keren/mix.and.match.petite.pakai.maxi/001/002/965
Pembahasan:
Dalam teks yang diambil dari majalah
Gadis itu merupakan teks yang ditujukan pada kaum muda. Teks itu ditulis
untuk memberikan tips kepada pembaca yang bertubuh kecil. Bisa dilihat dalam
bentuk bahasa, kosa kata yang digunakan, susunan kalimat yang sangat singkat
dan tidak bertele-tele. Penulis menggunakan kata-kata perintah seperti pilih,
pilihlah, gunakan. Selain itu penulis juga menggunakan kata-kata dalam
bahasa Inggris seperti outfit, stretch, sophisticated effect, look,
elongate your legs, serta penggunaan nama-nama jenis baju dalam bahasa
inggris seperti maxi dan maxi skirt. Terdapat variasi bahasa yang
digunakan sesuai dengan tujuan dan target pembacanya.
Chaer dan Agustina membedakan
variasi bahasa berdasarkan penuturnya dan penggunaannya. Dalam teks diatas
dapat diketahui bahwa penggunaan teks itu adalah untuk memberikan informasi
berupa tips kepada anak muda. Penulis menggunakan beberapa kata dan frasa
bahasa inggris seperti stretch, outfit, look, sophisticated effect,
elongate your look dengan tujuan prestis dan agar terlihat keren sesuai
dengan keinginan pembaca.
Ada fenomena bahasa lainnya dimana
penulis menuliskan look-mu yang merupakan bentuk interferensi bahasa
inggris dan indonesia pada tataran sintaksis.
b. Teks dari resensi buku karya
Sudjiwo Tejo ‘Ngawur karena Benar’
“Berani
karena benar" sudah tidak spesial lagi. Sekarang yang spesial adalah
"ngawur karena benar". Sujiwo Tejo menghidangkan hal-hal yang spesial
dalam buku ini.
Bak martabak spesial, tepatnya martabat dari kengawuran yang berfondasi kebenaran. Jurus-jurus terakhir bagi kita setelah mentok pada jurus-jurus lain yang konon sistematis, santun, dan berbudi pekerti. Setelah kita endus bahwa di balik kedok tertata, sopan, dan bertata krama itu ternyata adalah kepalsuan, ketika itulah ngawurisme bermula.
Berbahan bakar urakan. Urakan berbeda dari kurang ajar. Urakan melanggar aturan termasuk aturan berpikir demi mengikuti hati nurani. Kurang ajar melanggar aturan hanya demi melanggar. Wahai jiwa yang hangat, selamat datang di alam ngawur.
“Normalnya, melihat kengawuran itu menyebalkan. Namun, saat yang disebut normal itu justru merusak akal sehat, lalu kita mau apa? Di sinilah mengapa seorang Sujiwo Tejo ada. Ia berani ngawur, menabrak batas normal yang sering penuh kepalsuan.” Rosianna Silalahi, TV Host, Praktisi Media, Pendiri RoSi Inc
Buku Ngawur karena Benar semoga menjadi pertanda "insight" yang membaik, dan bisa menjadi salah satu resep untuk memelihara kesehatan jiwa bangsa Indonesia tercinta.” NOva RIyanti YUsuf, Penulis, Psikiater, Perempuan di Parlemen
"Tulisan yang mengalir dan terasa kengawurannya dengan nyata. Mengacak-ngacak pikiran ke arah yang benar." Tina Talisa, Presenter Berita, Moderator, Trainer (less)
Bak martabak spesial, tepatnya martabat dari kengawuran yang berfondasi kebenaran. Jurus-jurus terakhir bagi kita setelah mentok pada jurus-jurus lain yang konon sistematis, santun, dan berbudi pekerti. Setelah kita endus bahwa di balik kedok tertata, sopan, dan bertata krama itu ternyata adalah kepalsuan, ketika itulah ngawurisme bermula.
Berbahan bakar urakan. Urakan berbeda dari kurang ajar. Urakan melanggar aturan termasuk aturan berpikir demi mengikuti hati nurani. Kurang ajar melanggar aturan hanya demi melanggar. Wahai jiwa yang hangat, selamat datang di alam ngawur.
“Normalnya, melihat kengawuran itu menyebalkan. Namun, saat yang disebut normal itu justru merusak akal sehat, lalu kita mau apa? Di sinilah mengapa seorang Sujiwo Tejo ada. Ia berani ngawur, menabrak batas normal yang sering penuh kepalsuan.” Rosianna Silalahi, TV Host, Praktisi Media, Pendiri RoSi Inc
Buku Ngawur karena Benar semoga menjadi pertanda "insight" yang membaik, dan bisa menjadi salah satu resep untuk memelihara kesehatan jiwa bangsa Indonesia tercinta.” NOva RIyanti YUsuf, Penulis, Psikiater, Perempuan di Parlemen
"Tulisan yang mengalir dan terasa kengawurannya dengan nyata. Mengacak-ngacak pikiran ke arah yang benar." Tina Talisa, Presenter Berita, Moderator, Trainer (less)
http://www.goodreads.com/book/show/13512259-ngawur-karena-benar
Pembahasan:
Pembahasan:
Dalam kutipan resensi buku diatas
ditemukan banyak sekali kata-kata serapan dalam bahasa jawa maupun bahasa
inggris yang digunakan seperti kengawuran, mentok, endus, ngawurisme,
insight. Kata- kata itu merupakan bentuk-bentuk interferensi bahasa sebagai
berikut:
a. Interferensi bahasa pada tataran
morfologis
Kengawuran
berasal dari kata dasar bahasa jawa ngawur
mendapatkan imbuhan ke- dan –an yang merupakan imbuhan dalam
bahasa Indonesia pembentuk kata benda
Ngawurisme
berasal dari kata dasar bahasa jawa ngawur
mendapatkan akhiran –isme yang erupakan akhiran ddari bahasa Inggris
pembentuk kata benda.
b. Interferensi bahasa pada tataran
leksikon
Kata
mentok dan endos merupakan kosa kata bahasa Jawa dan digunakan
demi kesan tertentu mengenai teks yang ditulisnya. Kata insight merupakan
kata dari bahasa Inggris yang dipakai dalam tulisan itu.
2. Variasi bahasa adalah ragam bahasa menurut pemakaiannya yang
berbeda-beda berdasarkan konteks antara lain topik pembicaraan, penutur, lawan
tutur, orang yang dibicarakan, dan medium pembicaraan. Hudson
dan Ferguson dalam Wardhaugh (1986:22) menyatakan bahwa variasi bahasa
merupakan pola berbahasa manusia baik yang berupa suara, kata, tata bahasa,
ciri-ciri yang dihubungkan dengan faktor luar seperti daerah atau kelompok
sosial.
Chaer
dan Agustina 2004 membedakan variasi
bahasa berdasarkan penutur dan penggunaannya. Berdasarkan penuturnya berarti
siapa yang menggunakan bahasa itu,dimana tempat tinggalnya, apa status
sosialnya, apa jenis kelaminnya dan kapan bahasa itu digunakan. Berdasarkan
penggunaannya berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa
jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.
Salah satu contoh variasi bahasa adalah bahasa
informal yang diigunakan dalam percakapan sehari-hari. Misalnya pada kata abis,
ancur, udah, aja, sampe, bangke, sante, pake, kemakan, ketukar, kebakar, doang.
a. Ciri
fonologis
-
Pada kata abis,
ancur, udah, dan aja merupakan bentuk informal dari habis,
hancur, sudah, dan saja.
Habis abis
Hancur ancur
Sudah udah
Saja aja
Kata
–kata itu terdapat peristiwa hilangnya huruf diawal kata. Huruf h pada kata habis hilang
menjadi abis, huruf h pada hancur hilang menjadi ancur,
s pada sudah hilang menjadi udah, dan s pada saja hilang
menjadi aja.
-
Pada kata bangke,
santé, pake merupakan bentuk informal dari bangkai, santai, pakai.
Bangkai bangke
Santai sante
Pakai pake
Pada daftar kata itu terdapat peristiwa
penggabungan bunyi vokal ganda ai menjadi e.
b. Ciri
morfologis
- Pada kata kemakan,
ketukar, kebakar merupakan bahasa yang tidak formal dan sering dipakai
dalam percakapan. Kata- kata itu mendapatkan imbuhan ke- yang sebenarnya
mempunyai imbuhan bentuk formal yaitu ter- yang berarti sesuatu yang
tidak disengaja.
c. Ciri
leksikon
-
Pemakaian kata doang
adalah pengganti kata hanya atau saja. Seperti dalam contoh
kalimat Aku dapat buku doang. Yang seharusnya dalam bentuk formalnya
adalah Aku mendapatkan buku saja.
3.
Interferensi
terjadi pada masyarakat dwibahasa dan dianggap sebagai suatu penyimpangan.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Suwito (1983:26-27) bahwa interferensi
merupakan penyimpangan karena unsure yang diserap oleh sebuah bahasa sudah ada
padananya dalam bahasa penyerap. Interferensi terjadi pada semua tataran linguistik
baik secara fonologis, morfologis, sintaksis, dn leksikonnya. Interferensi
bahasa ini sangat mungkin terjadi karena adanya pengenalan bahasa lain sehingga
bahasa itu mempengaruhi bahasa yang sebelumnya dikuasai atau sebaliknya. Menurut Chaer dan Agustina (2004:160-161) menyatakan bahwa
interferensi yang terjadi dalam proses interpretasi disebut interferensi
reseptif,
yakni berupa penggunaan bahasa B dengan diresapi bahasa A. Sedangkan
interferensi yang terjadi pada proses representasi disebut interferensi
produktif. Interferensi reseptif dan interferensi produktif yang
terdapat dalam tindak laku bahasa penutur bilingual disebut interferensi
perlakuan.
Interferensi perlakuan biasa terjadi pada mereka yang sedang belajar bahasa
kedua, karena itu interferensi ini juga disebut interferensi belajar atau
interferensi
perkembangan.
Contoh-contoh interferensi:
a.
Interferensi
fonologis
Chaer
dan Agustina (2004) mengatakan bahwa interferensi fonologis terjadi apabila
penutur mengungkapkan kata-kata dari suatu bahasa dengan menyisipkan bunyi-bunyi
bahasa dari bahasa lain.Sebagai contohnya adalah penutur Jawa yang sering
mengalami interferensi fonologis ketika penutur Jawa mengatakan Bandung,
Bali, Demak,Gunung Kidul, Gambir dengan menambahkan huruf didepannya
seperti m, n, ng, sehingga
menjadi mBandung, mBali, nDemak, ngGunung Kidul, ngGambir.
b.
Interferensi
morfologi
Interferensi
pada tataran ini misalnya ketika penutur menggunakan imbuhan dari bahasa lain
untuk membentuk suatu kata. Contohnya:
Kemakan termakan
Kepukul terpukul
Ketukar tertukar
Pada
kata-kata itu terdapat imbuhan ke- dari bahasa jawa yang sebenarnya
sudah mempunyai padananya dalam bahasa Indonesia yaitu ter-.
c.
Interferensi
sintaksis
Intrferensi
ini terjadi jika ada struktur bahasa lain yang ikut digunakan dalam bahasa yang
sedang dituturkan. Suwito (1983:56) mengungapkan bahwa interferensi sintaksis
terjadi apabila dalm struktur kalimat satu terserap struktur kalimat bahasa
lain. Contoh:
Motornya
temannya Ani yang mahal sendiri itu dicuri.
Motore koncone Ani sing larang
dhewe kae dicolong.
Dalam
kalimat itu jelas terlihat bahwa adanya penggunaan penanda kepunyaan yang tidak
perlu dalam bahasa Indonesia dan kata sendiri yang seharusnya adalah paling dalam
bahasa Indonesia. Sehingga kalimat padanan yang benar adalah
Motor teman Ani yang paling
mahal itu dicuri.
d.
Interferensi
leksikon
Interferensi
di bidang leksikon berupa digunakannha kata-kata dari bahasa lain kedalam
bahasa yang sedang digunakan. Misalnya ketika sedang berbicara bahasa Indonesia
terbawa masuk kata-kata dari bahasa Jawa.
Contoh:
Pas aku masih kecil aku jatuh di
depan rumah.
Saat aku masih kecil aku jatuh di
depan rumah.
4.
Menurut
Wardhaugh (1986:303) bahwa faktor sosial juga memberi pengaruh atas berbedanya
bahasa wanita dan laki-laki. Misalnya wanita hidup lebih lama daripada
laki-laki karena perbedaan peran mereka dalam masyarakat dan perbedaan
pekerjaan yang biasa mereka lakukan.
Contoh:
Dalam masyarakat Jawa, wanita dituntut untuk tunduk pada kekuasaan
laki-laki dan menjadi pribadi yang selalu tampak lembut. Wanita yang berperan
sebagai istri misalnya, dalam hal berkomunikasi, dan bertutur kata cenderung memakai bahasa yang lebih halus dan
sopan dengan menggunakan bahasa jawa halus (kromo). Hal ini karena peranan
seorang wanita adalah seorang istri, dan ibu rumah tangga yang harus menjaga
dan menghormati suaminya dan juga memberi contoh kepada anak-anaknya. Ketika
seorang istri ingin menanyakan apakah suami sudah makan atau belum maka istri
itu akan menggunakan bahasa halus Sampun dhahar dereng mas? Dan seorang
suami akan menjawab dengan bahasa jawa ngoko seperti durung (belum) atau
uwis (sudah).
5.
Bahasa
anak-anak, remaja, dan orang dewasa mempunyai perbedaan-perbedaan dalam hal
fonologi yang pasti jelas. Hal ini berkaitan dengan perkembangan alat wicara
yang mereka miliki. Selain itu anak-anak cenderung mengguakan kata-kata seperti
pakpung, maem, mimik bobok, dll. Kata-kata itu sesungguhnya mempunyai
padanan katanya dalam bahasa Indonesia namun terkadang para ibu juga lebih
memilih untuk menggunakan kata-kata itu karena merupakan cara para ibu
berkomunikasi dengan anaknya.
Pakpung mandi
Maem makan
Mimkc minum
Bobok tidur
Bahasa anak muda lebih cenderung menggunakan bahasa sehari-hari yang
cenderung tidak standar, sedangkan orang dewasa lebih menggunakan bahasa yang
standar.
6. Register menurut Chaer
(1995:90) merupakan variasi bahasa menurut pemakaiannya yang digunakan oleh
kelompok orang atau masyarakat tertentu sesuai dengan profesi dan perhatian
yang sama. Adapun pengertian register menurut Maryono (2002:18) merupakan
variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya sifat-sifat khas keperluan
pemakaiannya, misalnya bahasa tulis terdapat bahasa iklan, bahasa tunjuk,
bahasa artikel, dan sebagainya, dalam bahasa lisan terdapat bahasa lawak,
bahasa politik, bahasa doa, bahasa pialang dan sebagainya. Holmes
(2001:246) said “register is the specific terms of vocabularies and describes
the language variety of group with interest of job or language used in
situation associated with such groups.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa register adalah ragam bahasa
menurut pemakaiannya, yaitu bahasa yang digunakan tergantung pada apa yang
sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya.
Contoh: Register dalam komunitas remaja masjid misalnya banyak
digunakannya kata ukhti, ikhwan, ustad,ustadzah, syukron, taddabur alam, dll
7. A. Chaer dan L Agustina (2010:67) menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan
rahasia. Slang digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas dan
tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu.
Contoh slang dalam bahasa Indonesia:
‘Jijay
banget’ artinya jijik banget
‘dimandose?’
artinya dimana
‘ciyus?’
artinya serius?
Contoh slang diatas digunakan oleh anak muda jaman sekarang dalam
berkomunikasi dengan teman sebaya.
8. Bahasa berhubungan dengan
etnisitas dan religiositas. Contoh tentang hubungan bahasa dengan etnisitas dan
religiositas misalnya pada suatu masyarakat etnik tertentu cenderung memilih
menggunakan bahasa etnik mereka sendiri demi menunjukan identitasnya.
Masyarakat penutur Jawa akan cenderung berbicara dalam bahasa Jawa ketika
bertemu dan berkomunikasi dengan orang yang juga menuturkan bahasa Jawa. Dalam
hubungannya dengan religiositas, misalnya saja penutur beragama Islam cenderung
menggunakan kata-kata dari bahasa Arab seperti insya allah, alhamdulilah,
asalamualaikum seperti dalam kalimat Insya Allah saya datang besok, alhamdulilah
saya selamat, assalamualikum bisa saya bantu?. Penggunaan penutur beragama
lain misalnya dari penganut agama nasrani sering menggunakan puji tuhan
ketika mengekspresikan rasa sukurnya.
Refferensi
Chaer, Abdul dan Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Holmes, Janet. 1992. An
Introduction to Sociolinguistics. London: Longman.
Suwito.
1985. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta:
Henary Cipta
Wardaugh, Ronald. 1986. An
Introduction to Sociolinguistics. United Kingdom: Blackwell Publishers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar