Mutiara

Rabu, 27 April 2016

SOSIOLINGUISTIK

SOSIOLINGUISTIK

1.      Perbedaan pemakaian bahasa pada teks.
a.       Teks dari majalah Gadis kolom Gaya
Mix and Match: Petite Pakai Maxi

Buat kamu yang bertubuh mungil seperti Ariana Grande, biasanya lebih memilih baju serba mini dan menghindari outfit maxi. Padahal dengan smart mix and match, fashion item maxi akan terlihat keren, lho. Lihat 3 gaya berikut ini!
http://www.gadis.co.id/support/image.others/03/36383/imageBlog

Pilih bawahan maxi dengan bahan chiffon. Efek transparan akan tetap memperlihatkan siluet kaki tanpa membuatnya seperti “menghilang”. Lebih baik lagi jika memiliki belahan agak tinggi atau high slit. Kakimu akan tetap terlihat, tanpa takut merasa “tenggelam”.

http://www.gadis.co.id/support/image.others/03/36384/imageBlog   Pilih maxi skirt dengan potongan yang agak pendek di bagian depan, supaya tidak menutupi kakimu seluruhnya. Satu lagi jurus ampuh, gunakan wedges untuk           “mengangkat” tubuhmu, sehingga kaki akan                          terlihat lebih jenjang.


http://www.gadis.co.id/support/image.others/03/36385/imageBlog

Pencil maxi skirt merupakan salah satu item yang bisa “memanjangkan” kakimu. Pilihlah yang berbahan kaos dan agak stretch. Pencil skirt akan memberikan sophisticated effect pada look-mu dan pastinya elongate your legs!

http://www.gadis.co.id/gaya/keren/mix.and.match.petite.pakai.maxi/001/002/965



Pembahasan:
Dalam teks yang diambil dari majalah Gadis itu merupakan teks yang ditujukan pada kaum muda. Teks itu ditulis untuk memberikan tips kepada pembaca yang bertubuh kecil. Bisa dilihat dalam bentuk bahasa, kosa kata yang digunakan, susunan kalimat yang sangat singkat dan tidak bertele-tele. Penulis menggunakan kata-kata perintah seperti pilih, pilihlah, gunakan. Selain itu penulis juga menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris seperti outfit, stretch, sophisticated effect, look, elongate your legs, serta penggunaan nama-nama jenis baju dalam bahasa inggris seperti maxi dan maxi skirt. Terdapat variasi bahasa yang digunakan sesuai dengan tujuan dan target pembacanya.
Chaer dan Agustina membedakan variasi bahasa berdasarkan penuturnya dan penggunaannya. Dalam teks diatas dapat diketahui bahwa penggunaan teks itu adalah untuk memberikan informasi berupa tips kepada anak muda. Penulis menggunakan beberapa kata dan frasa bahasa inggris seperti stretch, outfit, look, sophisticated effect, elongate your look dengan tujuan prestis dan agar terlihat keren sesuai dengan keinginan pembaca.
Ada fenomena bahasa lainnya dimana penulis menuliskan look-mu yang merupakan bentuk interferensi bahasa inggris dan indonesia pada tataran sintaksis.
b. Teks dari resensi buku karya Sudjiwo Tejo ‘Ngawur karena Benar’
“Berani karena benar" sudah tidak spesial lagi. Sekarang yang spesial adalah "ngawur karena benar". Sujiwo Tejo menghidangkan hal-hal yang spesial dalam buku ini.

Bak martabak spesial, tepatnya martabat dari kengawuran yang berfondasi kebenaran. Jurus-jurus terakhir bagi kita setelah mentok pada jurus-jurus lain yang konon sistematis, santun, dan berbudi pekerti. Setelah kita endus bahwa di balik kedok tertata, sopan, dan bertata krama itu ternyata adalah kepalsuan, ketika itulah ngawurisme bermula.

Berbahan bakar urakan. Urakan berbeda dari kurang ajar. Urakan melanggar aturan termasuk aturan berpikir demi mengikuti hati nurani. Kurang ajar melanggar aturan hanya demi melanggar. Wahai jiwa yang hangat, selamat datang di alam ngawur.

“Normalnya, melihat kengawuran itu menyebalkan. Namun, saat yang disebut normal itu justru merusak akal sehat, lalu kita mau apa? Di sinilah mengapa seorang Sujiwo Tejo ada. Ia berani ngawur, menabrak batas normal yang sering penuh kepalsuan.” Rosianna Silalahi, TV Host, Praktisi Media, Pendiri RoSi Inc

Buku Ngawur karena Benar semoga menjadi pertanda "insight" yang membaik, dan bisa menjadi salah satu resep untuk memelihara kesehatan jiwa bangsa Indonesia tercinta.” NOva RIyanti YUsuf, Penulis, Psikiater, Perempuan di Parlemen

"Tulisan yang mengalir dan terasa kengawurannya dengan nyata. Mengacak-ngacak pikiran ke arah yang benar." Tina Talisa, Presenter Berita, Moderator, Trainer
(less)
http://www.goodreads.com/book/show/13512259-ngawur-karena-benar

Pembahasan:
Dalam kutipan resensi buku diatas ditemukan banyak sekali kata-kata serapan dalam bahasa jawa maupun bahasa inggris yang digunakan seperti kengawuran, mentok, endus, ngawurisme, insight. Kata- kata itu merupakan bentuk-bentuk interferensi bahasa sebagai berikut:
a.       Interferensi bahasa pada tataran morfologis
Kengawuran berasal dari kata dasar bahasa jawa ngawur mendapatkan imbuhan ke- dan –an yang merupakan imbuhan dalam bahasa Indonesia pembentuk kata benda
Ngawurisme berasal dari kata dasar bahasa jawa ngawur mendapatkan akhiran –isme yang erupakan akhiran ddari bahasa Inggris pembentuk kata benda.
b.      Interferensi bahasa pada tataran leksikon
Kata mentok dan endos merupakan kosa kata bahasa Jawa dan digunakan demi kesan tertentu mengenai teks yang ditulisnya. Kata insight merupakan kata dari bahasa Inggris yang dipakai dalam tulisan itu.

2.      Variasi bahasa adalah ragam bahasa menurut pemakaiannya yang berbeda-beda berdasarkan konteks antara lain topik pembicaraan, penutur, lawan tutur, orang yang dibicarakan, dan medium pembicaraan. Hudson dan Ferguson dalam Wardhaugh (1986:22) menyatakan bahwa variasi bahasa merupakan pola berbahasa manusia baik yang berupa suara, kata, tata bahasa, ciri-ciri yang dihubungkan dengan faktor luar seperti daerah atau kelompok sosial.
Chaer dan Agustina 2004 membedakan  variasi bahasa berdasarkan penutur dan penggunaannya. Berdasarkan penuturnya berarti siapa yang menggunakan bahasa itu,dimana tempat tinggalnya, apa status sosialnya, apa jenis kelaminnya dan kapan bahasa itu digunakan. Berdasarkan penggunaannya berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.

 Salah satu contoh variasi bahasa adalah bahasa informal yang diigunakan dalam percakapan sehari-hari. Misalnya pada kata abis, ancur, udah, aja, sampe, bangke, sante, pake, kemakan, ketukar, kebakar, doang.
a.       Ciri fonologis
-          Pada kata abis, ancur, udah, dan aja merupakan bentuk informal dari habis, hancur, sudah, dan saja.
Habis                           abis
Hancur                        ancur
Sudah                          udah
Saja                             aja
Kata –kata itu terdapat peristiwa hilangnya huruf diawal kata. Huruf          h pada kata habis hilang menjadi abis, huruf h pada hancur hilang menjadi ancur, s pada sudah hilang menjadi udah, dan s pada saja hilang menjadi aja.
-          Pada kata bangke, santé, pake merupakan bentuk informal dari bangkai, santai, pakai.
Bangkai                       bangke
Santai                          sante
Pakai                           pake
Pada daftar kata itu terdapat peristiwa penggabungan bunyi vokal ganda ai menjadi e.
b.      Ciri morfologis
- Pada kata kemakan, ketukar, kebakar merupakan bahasa yang tidak formal dan sering dipakai dalam percakapan. Kata- kata itu mendapatkan imbuhan ke- yang sebenarnya mempunyai imbuhan bentuk formal yaitu ter- yang berarti sesuatu yang tidak disengaja.

c.       Ciri leksikon
-          Pemakaian kata doang adalah pengganti kata hanya atau saja. Seperti dalam contoh kalimat Aku dapat buku doang. Yang seharusnya dalam bentuk formalnya adalah Aku mendapatkan buku saja.

3.      Interferensi terjadi pada masyarakat dwibahasa dan dianggap sebagai suatu penyimpangan. Seperti yang telah diungkapkan oleh Suwito (1983:26-27) bahwa interferensi merupakan penyimpangan karena unsure yang diserap oleh sebuah bahasa sudah ada padananya dalam bahasa penyerap. Interferensi terjadi pada semua tataran linguistik baik secara fonologis, morfologis, sintaksis, dn leksikonnya. Interferensi bahasa ini sangat mungkin terjadi karena adanya pengenalan bahasa lain sehingga bahasa itu mempengaruhi bahasa yang sebelumnya dikuasai atau sebaliknya. Menurut Chaer dan Agustina (2004:160-161) menyatakan bahwa interferensi yang terjadi dalam proses interpretasi disebut interferensi reseptif, yakni berupa penggunaan bahasa B dengan diresapi bahasa A. Sedangkan interferensi yang terjadi pada proses representasi disebut interferensi produktif. Interferensi reseptif dan interferensi produktif yang terdapat dalam tindak laku bahasa penutur bilingual disebut interferensi perlakuan. Interferensi perlakuan biasa terjadi pada mereka yang sedang belajar bahasa kedua, karena itu interferensi ini juga disebut interferensi belajar atau interferensi perkembangan.
Contoh-contoh interferensi:
a.       Interferensi fonologis
Chaer dan Agustina (2004) mengatakan bahwa interferensi fonologis terjadi apabila penutur mengungkapkan kata-kata dari suatu bahasa dengan menyisipkan bunyi-bunyi bahasa dari bahasa lain.Sebagai contohnya adalah penutur Jawa yang sering mengalami interferensi fonologis ketika penutur Jawa mengatakan Bandung, Bali, Demak,Gunung Kidul, Gambir dengan menambahkan huruf didepannya seperti m, n, ng,  sehingga menjadi mBandung, mBali, nDemak, ngGunung Kidul, ngGambir.
b.      Interferensi morfologi
Interferensi pada tataran ini misalnya ketika penutur menggunakan imbuhan dari bahasa lain untuk membentuk suatu kata. Contohnya:
      Kemakan                     termakan
      Kepukul                       terpukul
      Ketukar                       tertukar
Pada kata-kata itu terdapat imbuhan ke- dari bahasa jawa yang sebenarnya sudah mempunyai padananya dalam bahasa Indonesia yaitu ter-.
c.       Interferensi sintaksis
Intrferensi ini terjadi jika ada struktur bahasa lain yang ikut digunakan dalam bahasa yang sedang dituturkan. Suwito (1983:56) mengungapkan bahwa interferensi sintaksis terjadi apabila dalm struktur kalimat satu terserap struktur kalimat bahasa lain. Contoh:
                  Motornya temannya Ani yang mahal sendiri itu dicuri.
                  Motore koncone Ani sing larang dhewe kae dicolong.
Dalam kalimat itu jelas terlihat bahwa adanya penggunaan penanda kepunyaan yang tidak perlu dalam bahasa Indonesia dan kata sendiri  yang seharusnya adalah paling dalam bahasa Indonesia. Sehingga kalimat padanan yang benar adalah
                  Motor teman Ani yang paling mahal itu dicuri.
d.      Interferensi leksikon
Interferensi di bidang leksikon berupa digunakannha kata-kata dari bahasa lain kedalam bahasa yang sedang digunakan. Misalnya ketika sedang berbicara bahasa Indonesia terbawa masuk kata-kata dari bahasa Jawa.
Contoh:
      Pas aku masih kecil aku jatuh di depan rumah.
      Saat aku masih kecil aku jatuh di depan rumah.

4.      Menurut Wardhaugh (1986:303) bahwa faktor sosial juga memberi pengaruh atas berbedanya bahasa wanita dan laki-laki. Misalnya wanita hidup lebih lama daripada laki-laki karena perbedaan peran mereka dalam masyarakat dan perbedaan pekerjaan yang biasa mereka lakukan.
Contoh:
Dalam masyarakat Jawa, wanita dituntut untuk tunduk pada kekuasaan laki-laki dan menjadi pribadi yang selalu tampak lembut. Wanita yang berperan sebagai istri misalnya, dalam hal berkomunikasi, dan bertutur kata  cenderung memakai bahasa yang lebih halus dan sopan dengan menggunakan bahasa jawa halus (kromo). Hal ini karena peranan seorang wanita adalah seorang istri, dan ibu rumah tangga yang harus menjaga dan menghormati suaminya dan juga memberi contoh kepada anak-anaknya. Ketika seorang istri ingin menanyakan apakah suami sudah makan atau belum maka istri itu akan menggunakan bahasa halus Sampun dhahar dereng mas? Dan seorang suami akan menjawab dengan bahasa jawa ngoko seperti durung (belum) atau uwis (sudah).
5.      Bahasa anak-anak, remaja, dan orang dewasa mempunyai perbedaan-perbedaan dalam hal fonologi yang pasti jelas. Hal ini berkaitan dengan perkembangan alat wicara yang mereka miliki. Selain itu anak-anak cenderung mengguakan kata-kata seperti pakpung, maem, mimik bobok, dll. Kata-kata itu sesungguhnya mempunyai padanan katanya dalam bahasa Indonesia namun terkadang para ibu juga lebih memilih untuk menggunakan kata-kata itu karena merupakan cara para ibu berkomunikasi dengan anaknya.
Pakpung                      mandi
Maem                          makan
Mimkc                         minum
Bobok                          tidur
            Bahasa anak muda lebih cenderung menggunakan bahasa sehari-hari yang cenderung tidak standar, sedangkan orang dewasa lebih menggunakan bahasa yang standar.
6.  Register menurut Chaer (1995:90) merupakan variasi bahasa menurut pemakaiannya yang digunakan oleh kelompok orang atau masyarakat tertentu sesuai dengan profesi dan perhatian yang sama. Adapun pengertian register menurut Maryono (2002:18) merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya sifat-sifat khas keperluan pemakaiannya, misalnya bahasa tulis terdapat bahasa iklan, bahasa tunjuk, bahasa artikel, dan sebagainya, dalam bahasa lisan terdapat bahasa lawak, bahasa politik, bahasa doa, bahasa pialang dan sebagainya. Holmes (2001:246) said “register is the specific terms of vocabularies and describes the language variety of group with interest of job or language used in situation associated with such groups.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa register adalah ragam bahasa menurut pemakaiannya, yaitu bahasa yang digunakan tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya.
Contoh: Register dalam komunitas remaja masjid misalnya banyak digunakannya kata ukhti, ikhwan, ustad,ustadzah, syukron, taddabur alam, dll  

7. A. Chaer dan L Agustina (2010:67) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Slang digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu.
Contoh slang dalam bahasa Indonesia:
                                    ‘Jijay banget’ artinya jijik banget
                                    ‘dimandose?’ artinya dimana
                                    ‘ciyus?’ artinya serius?
Contoh slang diatas digunakan oleh anak muda jaman sekarang dalam berkomunikasi dengan teman sebaya.
8. Bahasa berhubungan dengan etnisitas dan religiositas. Contoh tentang hubungan bahasa dengan etnisitas dan religiositas misalnya pada suatu masyarakat etnik tertentu cenderung memilih menggunakan bahasa etnik mereka sendiri demi menunjukan identitasnya. Masyarakat penutur Jawa akan cenderung berbicara dalam bahasa Jawa ketika bertemu dan berkomunikasi dengan orang yang juga menuturkan bahasa Jawa. Dalam hubungannya dengan religiositas, misalnya saja penutur beragama Islam cenderung menggunakan kata-kata dari bahasa Arab seperti insya allah, alhamdulilah, asalamualaikum seperti dalam kalimat Insya Allah saya datang besok, alhamdulilah saya selamat, assalamualikum bisa saya bantu?. Penggunaan penutur beragama lain misalnya dari penganut agama nasrani sering menggunakan puji tuhan ketika mengekspresikan rasa sukurnya.

Refferensi
Chaer, Abdul dan Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Holmes, Janet. 1992. An Introduction to Sociolinguistics. London: Longman.
Suwito. 1985. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Cipta
Wardaugh, Ronald. 1986. An Introduction to Sociolinguistics. United Kingdom: Blackwell            Publishers.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar